Sad Ending

39.7K 1.6K 281
                                    

Haiiiiiii ketemuuu lagii...
Aaahhhh akhirnya kita dipengunjung terakhir cerita😢..

Buat kalian semua yang selalu setia sama BDP1 ini aku mau ucapin banyak terimakasihh. Makasih atas waktu yang kalian luangin buat baca cerita ini😍😢.

Maaf buat kalian yang pengen akhir cerita ini happy ending tapi nyatanya ini sad ending😂😂😂.

Tapi tenang aja, bdp 1 emang udah selesaiiiiii. Jadi? Sekarang kita beralih ke BDP2 yukkksss. Bagi yang masih penasaran akan jalan cerita vivi dan deril kalian bisa boleh langsunggg ngestalking pemaim pemerannya di beranda akuuuu...😂😂😄😄😄...

Ywdah deh langsung aja yaaa...
Cekidotttt😄😄😄😄..
.
.







Vivi terdiam, tubuhnya gemetar oleh isak tangis yang tak bisa ia redamkan. Hatinya sangat pilu, bibirnya terasa di kunci sangat rapat kali ini. Tak ada kesempatan lagi untuk ia berbicara kali ini. Putus semua harapan dan impian dirinya dengan deril. Matanya tertuju kepada cincin yang di lepaskan oleh deril tadi.
Deril melangkah meninggalkan vivi sendirian di ruang tamu. Vivi menahan dirinya untuk tidak menjerit karena dirinya sangat ingin memarahi deril agar dirinya bisa menjelaskan semuanya.

Vivi mengacak rambutnya sedikit frustasi, fikirannya di penuhi rasa keputus asaan. Semua telah berakhir sampai disini, tak ada lagi yang bisa ia lakukan saat ini.

Vivi meraih cincin deril yang tergeletak di atas meja. Ia menatap itu dengan penuh pilu. Setelah itu ia pun memasuki cincinnya kedalam saku seragamnya itu.

"Lo cewe pembawa sial!"

"Kalau lo emang gamau disalahin, mendingan lo gausah tinggal di kota ini! Lo balik kejakarta dan gausah ganggu hidup kita lagi!"

"Lo gapantes sama deril!"

ucapan-ucapan dede dan salma kini terasa begitu memenuhi fikiran vivi, janji dan kenangan deril pun mulai teringat, kejadian-kejadian selama 1 bulan ini pun terputar semua dan bertaburan di dalam sana. Membuat kepala vivi sedikit pening dan hati nya semakin sakit dan tak yakin.

Semua udah berakhir vi! Batinnya bergeming di dalam sana.

Saat nya lo pulang dan tinggalin rumah ini. Lupain semuanya! Lo emang gapantes di sini. batinnya terus berbicara di dalam sana.

Vivi terdiam, air matanya terus berjatuhan. Ia mengacak rambutnya dengan frustasi, dan Ia pun memutuskan untuk memasuki kamarnya dengan cepat.
Saat melewati kamar deril, vivi sempat menghentikan langkahnya. Ia menatap pintu kamar deril yang tertutup sangat rapat. Bahkan? Tak ada suara apapun yang terdengar di dalam sana.
Vivi menggeleng pelan sudah cukup perjuangannya untuk deril, ia segera melanjutkan langkahnya dan memasuki kamarnya itu.

Vivi mengunci pintu kamarnya, ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur king sizenya itu. Ia menenggelamkan wajahnya di tumpukan bantal. Vivi menangis sejadi-jadinya, ia tak terima akan keputusan deril yang sangat cepat itu karena hanya foto rekayasa itu.

Apapun keputusan deril hari ini, gue gaboleh putus asa. Mungkin hidup gue belum beruntung untuk mendapatkan deril saat ini batin vivi bergeming di dalam sana.

Tugas gue selesai, semua telah berakhir. Gue harus pergi dari rumah deril. Sesuai janji gue, kalau gue bakal pergi kalau deril yang nyuruh gue sendiri buat pergi. Dan hari ini deril nyuruh gue pergi dalam hidupnya. Batin vivi bergeming di dalam sana. Sebenernya vivi tak suka dengan ucapan-ucapan batinnya itu. Batinnya memang berkata seperti itu tapi? Itu terasa rekayasa semata hanya untuk membuat vivi tak putus asa akan hal seperti ini.

BERAWAL DARI PERTUNANGAN (completed)Where stories live. Discover now