the most painful thing

27.3K 1.2K 70
                                    

Hayyy,
Hari ini aku update 2x ya;$ gpp ya? Jangan bosen bosen oke. Aku rela-relain begadang nih:v

Yawdah langsung aja ya cekidot.

Malam hari telah tiba.
Davi telah pulang sedari tadi, ia menghabiskan waktunya dengan bergulat dengan ps nya itu. Sedangkan deril, ia sesekali mengecek keadaan vivi, dan ia juga sesekali menemani davi untuk beradu memainkan psnya itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.40 wib.
Vivi masih terhanyut dalam tidurnya itu. Deril yang saat ini berada di kamar vivi pun sedikit cemas melihat vivi yang masih tertidur dengan kondisi wajahnya yang pucat sekali, dan suhu tubuhnya sangat hangat.

Fikirannya berkecamuk di dalam sana, ponselnya sedari tadi bergetar. Deril sedang tak ingin mengangkat telfon/ menerima pesan sms saat ini.

" Lo bikin gue cemas vi" ucap Deril yang sedari tadi menggenggam tangan vivi yang begitu hangat.
Vivi tak terusik sama sekali, ia terlalu hanyut dalam tidurnya itu.

Deril terus menatap vivi dengan perasaan yang tak tenang, ia ingin sekali membangunkan vivi dan menanyakan keadaannya, bagaimana keadaan yang ia rasakan saat ini. Tapi ia mengurungkan niatnya, itu sama saja ia mengganggu istirahatnya Vivi.

" Vi? Udah 6 jam lo tidur" ucap Deril yang mengelus dahi vivi yang sangat panas itu.

Deril teringat akan sesuatu, ia segera beranjak dari tepi ranjang dan langsung keluar dari kamar vivi.

Ia menuruni anak tangga dengan cepat. Langkahnya tertuju ke dapur.

Deril melihat bi sarah yang sedang menyiapkan makan malam.

" lah den nyari apa?" Tanya Bi sarah yang menyadari sosok deril sibuk membuka laci-laci yang ada di dapur.

" baskom bi" ucap Deril yang menggaruk telengkuknya yang tak gatal itu.

" oh, itu den di laci ke 2" ucap Bi sarah yang memberitahu tempat kumpulan baskom di mana letaknya.

Deril langsung membuka laci 2, ia langsung meraih salah satu baskom.
Ia menyicikan air hangat kedalam baskom.

"Gimana kabar non vivi den?" Tanya Bi sarah di sela-sela deril sedang menyicikan air hangat.

" suhu badannya panas bi, ini deril mau ngompres dia. Apa dia bakal baik-baik aja bi?" Tanya Deril yang menatap bi sarah dengan tatapan kekhawatirannya itu.

" sebaiknya bawa aja den ke klinik, biar di cek keadaannya. " ucap Bi sarah yang memberi solusi kepada deril.

" tapi dia masih tidur bi, deril ga enak buat ngebanguninnya." Ucap Deril yang mulai membawa baskomnya itu.

" non vivi belum juga bangun den dari tadi? Aduh den, aden jaga aja di kamar nya takut kenapa-napa. nanti kalau udah bangun sebaiknya den langsung bawa aja keklinik biar dicek" ucap bi sarah dengan nada suara kecemasannya itu.
" aden makan dulu, makan malam udah siap aden. " lanjut bi sarah yang melirik kearah ruang makan.

" iyah bi, nanti deril bakal bawa dia keklinik. Soal makan gampang bi, deril mau ngurusin yang satu ini dulu ya Yawdah ya bi deril mau ngompres dia dulu" ucap Deril yang mulai melangkah meninggalkan dapur.

Deril mulai menaiki anak tangga dengan Perlahan, kedua tangannya membawa baskom yang telah berisi air dan kompresan.

Saat deril telah sampai di kamar vivi, deril pun langsung menaruh baskom itu di atas nakas. Vivi masih tertidur dengan pulas, posisi tidurnya pun masih sama seperti tadi.
Wajah vivi masih terlihat sanbat pucat, luka di dahi vivi terlihat sangat lembam.
Deril mulai memeret kompresannya itu, setelah itu ia meletakkan kompresannya di atas dahi vivi.

BERAWAL DARI PERTUNANGAN (completed)Where stories live. Discover now