44 - Should it go

6.2K 351 22
                                    


"Sampai kapan batas sabarmu untuk menungguku Sehun?"

Sehun mengangkat tubuh bagian atasnya untuk berada tepat di atas tubuh Sema. Kedua tangannya menelusup ke dalam antara punggung polos Sema dengan tempat tidurnya. Menarik lembut tubuh Sema dengan bertumpu pada kedua sikutnya agar tidak menindih. Lalu menelusupkan wajahnya sendiri di ceruk leher Sema. Sehun berbisik..

"Sampai kapanpun kau siap.. aku akan memberikan seluruh sabarku tanpa batas, Sem. Tapi aku mohon.. Perhitungkan harapanku. Aku tidak ingin kehilanganmu.."

Tangan Sema keluar dari balik selimut untuk memeluk Sehun yang masih berada di atas dan sembunyi di ceruk lehernya.

"Aku tidak tahu harus berkata apa Sehun.. Aku hanya.. Aku hanya.. Maafkan aku"

Sehun mengangkat wajahnya.

"Aku mengerti sayang." Sehun menjatuhkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuh Sema masuk ke dalam pelukannya.

"Tidurlah.. Ini sudah sangat malam. Kau pasti lelah. Dan.. Terimakasih untuk kesempatan keduanya" kecupan di dahi Sema mengantarnya ke dalam mimpi indah. Sema sudah tidak mampu lagi menahan kantuk yang menyerangnya bahkan hanya untuk sedekar menjawab ucapan terimakasih dari Sehun.

Tapi tidak bagi Sehun. Di pandanginya wajah Sema yang sudah terlelap dengan segala pemikiran yang membebaninya.

"Aku takut akan meninggalakanmu dalam waktu lama Sem dan aku takut kau tidak bisa bertahan" bisik Sehun.

Sema bergerak gelisah dalam tidurnya saat perut bawahnya kembali tegang dan lambung yang bergejolak tapi kedua matanya masih enggan untuk terbuka. Lelah dan kantuk yang menderanya membuat tubuhnya lemas dan malas untuk bangun. Tapi semakin lama ia tahan, rasa tidak nyaman itu malah semakin menjadi. Apalagi gejolak dari lambungnya seolah siap mengeluarkan isinya saat itu juga. Maka gerakan cepat dengan hanya menarik selimut untuk menuruti tubuh seadanya Sema berlari terhuyung ke dalam kamar mandi.

"Hoek.. Hoek.."

Sehun menggeliat kecil saat tubuhnya terkena udara dingin yang langsung menerpa kulit tubuhnya. Tangannya bergerak mencari seseorang di samping yang bisa menghangatkannya tapi ia tidak menemukan apapun, bahkan selimut pun raib. Sehun berpikir mungkin sudah pagi dan Sema sudah terbangun. Soal selimutnya, mungkin tidak sengaja ia tendang hingga terjatuh. Ia hendak kembali menyelami dunia tidurnya jika saja ia tidak mendengar suara Sema dari arah kamar mandi. Mengerutkan keningnya meski masih dengan mata terpejam, Sehun menajamkan pendengarannya.

"Hoek.. Uhuk! Uhuk! Ugh!"

Sedetik kemudian Sehun membuka matanya. Terbangun dan menyadari jika ini masih pagi buta, langit di luar masih gelap dan waktu masih menunjukan pukul 4 pagi. Dengan menggusur kaki kanannya, Sehun turun dari tempat tidur. Memakai celana pendeknya yang berserakan di bawah lalu berjalan cepat meski terseok menuju kamar mandi.

Cklek.

Sema disana, duduk di lantai kamar mandi yang dingin dengan selimut yang merosot dari tubuhnya. Ia sedang memuntahkan sesuatu ke dalam closet yang ada di depannya.

"Astaga Sem kau baik-baik saja?"

"Sehun jangan kemari.. Ini.. Ugh! Menjijikan. Jangan kemari, aku tidak apa-apa."

Sehun tidak mengindahkan perkataan Sema. Ia ikut berjongkok meski sedikit kesulitan karena kaki bergipsnya lalu memijit tengkuk Sema. Melakukan hal yang sama yang Sema lakukan padanya.

Setelah muntahnya mereda, Sehun menaikkan selimut yang merosok ti tubuh Sema hingga melindungi tubuh polos itu.

"Merasa lebih baik?" Tanya Sehun dengan raut wajah begitu khawatir.

Reason Love (ff Sehun)Where stories live. Discover now