32 - Birthday

7.9K 381 6
                                    


Pagi menjelang dengan cuaca cerah. Sisa hujan semalam masih membekas meninggalkan rintik-rintik air yang menempel di jendela ataupun genangan air di jalanan. Udara masih menurun, meski cerah tapi matahari masih sedikit malu-malu untuk memberi kehangatan pada dunia.

Sesekali angin berhembus mengirimkan suhu dingin melalui pintu balkon yang terbuka di salah satu rumah.

Seorang wanita tengah bersandar di kepala ranjang, ia hanya memakai bathrobe yang ia temui di kamar mandi untuk membalut tubuhnya.

Satu jam yang lalu, ia terbangun dengan sakit di seluruh tubuhnya, terlebih di salah satu titik intinya. Ia cukup mengingat dengan jelas apa yang ia lakukan bersama pria yang mendekapnya semalaman. Dengan susah payah ia bangun tanpa mengusik pria di sampingnya dan ia berhasil, lalu ia berjalan tertatih menuju kamar mandi. Menghilangkan peluh yang tersisa.

Setengah jam kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan badan yang lebih segar. Tapi tidak dengan pikiran dan hatinya.

Ia terdiam di depan pintu kamar mandi, memandangi sosok yang masih bergelung di bawah selimut tepat di hadapannya.

Ia menghela nafas.

Lalu berjalan menuju tempat tidur, duduk dan bersandar hingga saat ini.

Pikirannya sesak oleh kemungkinan yang akan terjadi saat kedua mata pria yang masih terlelap di sampingnya itu terbuka.

Ia tidak menyesal. Tidak sama sekali karena ia memberikan sesuatu yang paling berharga pada pria yang di cintainya.

Tapi yang mengusik pikirannya saat ini adalah status hubungan mereka.

Pergerakan dari pria yang terbangun membuyarkan lamunannya.

"Sem kau sudah bangun?" Tanya Sehun dengan mata yang sempat terbuka lalu tertutup kembali.

"N-ne" Sema membetulkan duduknya untuk menutupi gugupnya.

Masih terbayang pergelutan mereka semalam dan kini, pria yang malah menidurkan kepalanya di atas paha Sema dengan posisi tidur tertelungkup itu masih tidak memakai pakaiannya. Punggung kekar lelaki itu terekspose di hadapannya sedangkan bagian bawahnya masih tertutup selimut. Membuat semburat merah tercetak di pipinya.

Jika saja ia tidak mengingat bahwa ia harus ke rumah sakit pagi ini dan jika saja ia tidak mengingat butuh waktu lama untuk sampai ke Seoul -pikirnya-, ia ingin menelusup ke dalam dekapan Sehun dan tertidur kembali.

"Bangun Sehun. Aku harus ke rumah sakit"

Sehun akhirnya bangun dengan mata masih terpejam. Duduk bersandar mengikuti Sema dengan kepala yang terjatuh di bahu Sema dan tangan yang melingkar di perut Sema.

"Sehun"

"Hm.." Gumam Sehun, dia masih betah menutup matanya.

"Semal-"

"Gomawo" potong Sehun dengan cepat.

"..mempercayakannya padaku. Aku mencintaimu Sem" Sehun merekatkan dirinya pada Sema.

"Jangan tinggalkan aku"

"Aku tidak akan pernah sanggup"

Sehun kembali menutup matanya dan mereka terdiam sejenak.

Sema mengelus pipi Sehun, membuat Sehun membuka matanya. Sungguh ia, tidak mempunyai banyak waktu.

"Sehun aku harus-"

"Baiklah aku bangun. Kau sudah mandi? Pakaianmu sudah aku siapkan di lemari" Sehun menunjuk salah satu lemari berwarna putih dari dua lemari besar yang ada di kamar itu.

Reason Love (ff Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang