47 - First role

4.9K 330 20
                                    


Sema sudah tidak bisa menahan air matanya dan tangan yang terus bergetar membuatnya susah untuk mengendalikan kemudi. Ia meminggirkan mobilnya di tepian jalan dan menangis.

Ini terlalu berat, ini terlalu sulit untuk ia lalui. Sehun tidak menginginkan anak yang ada dalam kandungannya. Itu kesimpulan yang Sema ambil dari pertanyaan yang ia lontarkan tadi. Jika Sehun tidak menginginkan anak, mengapa ia malah menanam benih pada rahimnya seolah itu tidak akan membuahkan hasil menjadi segumpal darah yang menjadi janin?

Isakan Sema menggema di setiap sudut ruang dalam mobil yang sempit. Kecewa dan takut benar-benar menghantui pikiran dan hatinya. Ia kalut. Ia ingin pergi. Sekarang juga. Menjauhi orang yang tidak menginginkannya dan yang membuatnya ketakutan. Sehun, dia orang yang harus Sema jauhi. Karena Sehun yang menolak kehadiran anak yang sudah tumbuh dalam rahimnya dan Sehun sudah membuatnya merasakan kekerasan, mengingatkannya pada kejadian orangtuanya dulu.

Pikiran Sema tersentak. Sebaik apapun hubungan pasti berakhir pada kekerasan dan perpisahan. Itu kesimpulannya. Traumanya kembali menjalar di setiap sel tubuhnya. Tapi tidak sampai seluruhnya karena sesuatu yang mungil di perutnya seperti sedang protes pada pemikiran ibunya tentang ayahnya. Perut Sema sakit. Sangat sakit.

"Akh!"

Sema meringis sambil memegang perutnya. Ia mencoba mengambil ponselnya dalam tas nya dan menghubungi Minji.

"Yeobseoyo"

"Min-ji. Sa-kit"

"Astaga! Apa yang terjadi?! Sema kau dimana?!"

"Hiks. Sa-kit" Sema terus menangis dan tidak bisa menjawab pertanyaan Minji.

Minji sudah kalut oleh rasa khawatir. Ia meninggalkan acara makan siangnya bersama beberapa rekan kerjanya. Ia mematikan telepon Sema dan masuk ke aplikasi gps. Berharap Sema mengaktifkan gps ponselnya dan ia menemukannya! Minji melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Sema sudah hampir pingsan tapi ia berusaha sekuat mungkin untuk tetap sadar sampai seseorang mengetuk kaca mobilnya. Dengan tangan yang bergetar, Sema membuka kunci mobil.

"Astaga Sema kau kenapa?!" Pekik Minji saat melihat keadaan Sema yang sedang menahan sakit.

Tidak membutuhkan waktu berfikir lama. Dengan kekuatannya ia menarik tubuh Sema, memapahnya untuk masuk ke dalam mobilnya sendiri lalu membawa Sema ke tempat Taeyeon.

Pekikan kaget juga Taeyeon ucapkan saat pertama kali melihat keadaan Sema yang sudah pingsan. Ia langsung memeriksanya hingga setengah jam lamanya, ia keluar dan menghampiri Minji yang sudah berantakan.

"Bagaimana? Bagaimana keadaan Sema?!" Tanya Minji setengah berteriak.

"Tenang Minji. Kita harus bersyukur karena keduanya selamat. Bayinya sungguh sangat kuat melebihi ibunya.."

Minji melepas nafas lega.

"..Sema terlalu tertekan. Mengapa kehamilannya ini bagitu ia tutup-tutupi?"

Minji hendak menjawab sebelum dering telepon dari ponsel Sema mengalihkan.

Ayah calling.

"Sepertinya ini penting. Aku angkat telepon dulu" Minji pamit san sedikit menjauh dari Taeyeon.

"Yeobseyeo"

"Eh? Ini bukan Sema?"

"Ah maaf paman ini saya Minji"

"Oh Minji. Maaf apa terjadi sesuatu pada Sema? Tadi ia.."

"Ah. Maaf paman. Terjadi sesuatu di rumah sakit, sepertinya tadi Sema tidak sempat memberi tahu paman dan kebetulan tadi ia menitipkan ponselnya pada saya"

Reason Love (ff Sehun)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz