25 - My fear

9.1K 432 4
                                    



Kejutan lamaran di akhiri dengan makan malam romantis bersama kedua orang tua Minsoek dan Jongdae. Makanan buatan kedua ibu di sana di santap penuh kenikmatan dengan pujian dari para suami dan anak mereka. Lalu berlanjut dengan obrolan rencana pernikahan Minsoek dan Jongdae yang sudah di sepakati akan berlangsung dua bulan dari sekarang.

Senyum merekah tidak pernah luntur dari wajah cantik Minsoek, itu membuat kebahagiaan tersendiri bagi Jongdae. Apa lagi sudah ia nantikan moment seperti malam ini, berkumpul dengan kedua orangtuanya, kedua calon mertuanya dan kekasihnya, ralat, calon istrinya. Hahhh~ membayangkan ia memanggil Minsoek sebagai istrinya sedikit menggelitik di lidahnya. Bukan dalam artian yang sebenarnya, hanya saja ada suatu kebanggaan di sana.

Lalu tidak jauh dengan Minseok. Ia selalu menantikan moment ini. Dapat restu orang tua, dilamar, membicarakan tanggal pernikahan, lalu kesibukan mempersiapkan pernikahan yang katanya sangat menguras waktu, tenaga, dan pikiran, akan segera ia rasakan. Uh, itu membuat darah semangatnya berdesir hebat. Jantungnya terus berpacu cepat seolah tidak lelah karena berdetak ekstra seharian ini. Mata sembab dan tubuh lelahpun ia hiraukan. Genggaman lengan Jongdae seolah memberinya pasokan tenaga berlebih.

Sampai semua obrolan untuk persiapan sudah selesai di bicarakan dan kedua orang tua mereka harus segera istirahat. Di usiaparuhbaya tidak bagus bukan jika tidur terlalu ralut?

"Kalian tidur di sini juga?" Tanya ibu Minsoek.

"Tidak eoma. Aku ingin menjaga Sema malam ini.." Jawab Minsoek sedikit tersentak baru mengingat Sema.

Ini baru saja perencanaan, apalagi nanti saat persiapan pernikahan dan setelah menikah?

Tidak jauh dari Minseok, Jongdae pun baru mengingat Sema. Oh ia terlalu egois kali ini pada Sema.

"Baiklah. Ini sudah sangat larut. Cepat pergi, kasian Sema sendirian di rumah sakit" kali ini ibu Jongdae yang berucap.

Minsoek menoleh jam dinding dan Jongdae menihat jam tangannya. 22.26 , semoga Sehun benar-benar menemani Sema malam ini. Itu harap dari hati Minsoek dan Jongdae. Meskipun mereka tahu bahwa Sehun tidak akan meninggalkan Sema sendirian.

Jongdae meraih lengan Minsoek, "kami pergi dulu"

Mereka menunduk bersama sebelum keluar dari apartemen.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, mereka bungkam. Melupakan Sema yang sedang terbaring di rumah sakit cukup buruk menurut mereka. Meski mereka tahu Sema tidak keberatan dan Sema akan mengerti tapi tetap saja, menurut mereka perasaan Sema lebih penting. Sema seperti siput, cangkang Sema begitu kuat tapi tidak dengan bagian tubuh di dalamnya, yang di maksud di sini adalah hati dan perasaan Sema. Dia terlalu rapuh dan ia sangat mengetahui kelemahannya itu maka ia berlindung pada cangkang kerasnya.

Setelah helaan nafas berat, Jongdae membuka suaranya.

"Aku merasa sangat egois pada Sema"

Minsoek mengangguk setuju.

"Seharusnya ia terlibat dalam kejutan ini, bahkan rencana yang sebelumnya merupakan rencana dari dirinya.. Tapi-"

"Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi bukan? Aku juga sama merasa bersalah, Sema yang masih terbaring di rumah sakit sedangkan kita berbahagia dan melupakannya."

Jongdae tidak membalas Minseok, ia tidak ingin bertambah buruk untuk merasa bersalah yang semakin bersar.

Mereka sampai di rumah sakit.

Minsoek dan Jongdae sudah berdiri di depan pintu ruangan Sema cukup lama sebelum akhirnya Jongdae membuka pintu perlahan.

Lampu ruangan sudah berganti dengan lampu redup, ruang rawat vip ini sudah sangat seperti kamar di hotel. Jangan tanyakan siapa yang memesannya karena kalian pasti tahu siapa yang paling protektif di sini, dengan alasan demi kenyaman Sema agar tidak di ganggu karena kebisingan atau situasi pasien lain.

Reason Love (ff Sehun)Där berättelser lever. Upptäck nu