Chapter XXXVI

503 52 1
                                    

Watson berjengit kaget saat sirine tersebut mulai meraung. Ia menganga, melihat ke langit-langit ruangan yang berubah warna menjadi merah. Suara-suara kaget juga terdengar di kejauhan, dari ruangan-ruangan yang lain.

“Alarm?” tanya Andri.

“Siapa di antara kalian yang menyalakannya?” seru 101. “Jawab, atau kalian semua akan kami tembak!”

Mereka saling menoleh, tampak panik. Akhirnya, salah seorang dari mereka, pria yang baru saja bertemu dengan Andri dan Watson di lift, mengacungkan tangan dengan gemetar. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dan tampaklah apa yang digenggamnya. Sebuah alat kecil berbentuk seperti PDA. Alat yang digunakannya untuk mengaktifkan alarm.

Watson mengeluh frustasi. Andri menggeleng-geleng.

“Apa yang akan kita lakukan?” tanya Watson keras-keras. “Ini tidak ada di rencana. Astaga, apa yang akan kita lakukan?"

“Bisakah kalian menghentikan alarm tersebut?” tanya Andri kepada para robot.

“Tidak bisa. Alarm tersebut berfungsi secara analog,” jawab 102. “Harus diaktifkan dan dimatikan secara manual.”

“Bagaimana kau mematikannya?” tanya Andri kepada pria yang baru saja menyalakannya, yang telah berkeringat dingin besar-besaran.

“D-dengan pergi ke ruang penjaga di lantai dasar,” jawabnya, gemetaran, maju selangkah. “T-tapi –”

DOR!

Pria tersebut berjengit kaget. Dia mengira tembakan tersebut ditujukan padanya. Dan memang benar, salah satu robot baru saja menembaknya karena ia mencoba maju selangkah. Namun, si ilmuwan tua, pria yang mengenal Andri dan Watson,melompat ke depan dan meletakkan dirinya di antara pria tersebut dan si robot, menjadikannya sasaran peluru. Ia terdorong ke belakang, terjatuh dan terguling.

Lubang di dadanya mulai mengucurkan darah beberapa sepersekian detik kemudian. Dia tidak bergerak.

“Doktor!” teriak salah satu ilmuwan, seorang wanita. “Doktor! Doktor!”

“Apa yang kalian lakukan! Apa yang –”

Sebagai jawaban atas kejadian tersebut, 101 dan 102 juga menodongkan senjata mereka pada para ilmuwan. Mereka terdiam. Namun, mereka masih memegangi pria tua tersebut, yang masih tak bergerak setelah ditembak. Andri berlari maju, mencengkeram senjata para robot dan memaksa mereka menurunkannya.

“Berhenti! Berhenti!” serunya, histeris. “Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menembaknya?”

“Dia mencoba melindungi pria yang telah menyalakan alarm. Kami tidak sengaja,” jawab 101.

“Bukan itu! Kenapa kalian menembaknya? Kenapa –”

“Oke. Oke, tenang, Andri,” kata Watson buru-buru, maju ke depan juga. Dia memegangi Andri, yang mulai gemetaran dan menatap para robot dengan penuh emosi. Memaksa dirinya sendiri untuk tenang, Watson menoleh kepada para ilmuwan, yang masih terdiam, gemetar ketakutan, namun mengambil posisi untuk menutupi pria tua yang tertembak.

“Baiklah. Jadi – jadi, kalian boleh keluar. Sekarang juga. Kalian bisa keluar sambil membawa… membawa dia juga,” kata Watson, menunjuk ke pria tua tersebut.

Beberapa dari mereka menatapnya dengan khawatir, dan dengan marah, namun mereka menurutinya. Dua dari para ilmuwan, sepasang pria bertubuh cukup tegap, menggendong pria tua itu dan membawanya, bersusah-payah, melewati para robot, Andri, dan Watson menuju pintu keluar. Ilmuwan-ilmuwan sisanya mengikuti.

Namun, tiga dari mereka tertinggal di belakang, salah satunya adalah pria yang telah menyalakan alarm.

“Apa lagi?” tanya Andri padanya, masih penuh emosi.

BotsWhere stories live. Discover now