Chapter XXVII

626 58 1
                                    

Andri menghela napas lega. Dia melepaskan diri dari jaring, melangkah mendekati jendela. Posisi pesawat masih miring sekitar tiga puluh atau dua puluh derajat ke atas, menanjak ke langit. Dia berhasil mencapai jendela,  lalu melihat ke luar.

Megapolis Padang, dengan gedung-gedung dan bangunan-bangunannya, membentang luas hingga cakrawala. Daratan semakin jauh di bawahnya, dan pesawatnya terus melaju menembus lapisan awan, hingga dia bisa melihat belasan puncak gedung tertinggi menjulang ke langit yang biru. Namun, gedung-gedung luar biasa besar itu pun akhirnya tertinggal di belakangnya saat pesawat terus melaju dan menanjak. Andri mendongak ke atas, melihat matahari yang bersinar ke arahnya, lalu sekali lagi ke bawah, ke kumpulan awan putih yang berarak.

Perlahan-lahan, warna biru langit pun berubah menjadi gelap. Awalnya, Andri tidak mengerti apa yang terjadi, dia mengira waktu telah berlalu cukup lama dan malam telah menjelang. Pesawat yang ditumpanginya masih menanjak, dan suara gemuruh keras terdengar dari belakang pesawat, menyertai getaran-getaran aneh yang mengguncang bagian dalam pesawat.

Akhirnya, Andri menyadari kenapa langit semakin gelap. Dia melihat melalui jendela, mendapati bahkan lapisan awan telah jauh mereka tinggalkan di bawah. Dia melihat lurus, dan menyadari bahwa garis cakrawala bukan lagi berupa garis lurus melainkan sebuah garis lengkung, memperlihatkan alur bundarnya planet bumi.

Singkat kata, mereka mulai meninggalkan atmosfir.

Andri berusaha mengingat-ingat mengenai pesawat yang sedang dinaikinya. Pesawat tersebut merupakan pesawat kargo milik AVI kelas Antonov. Kelas Antonov adalah kelas pesawat kontainerkilat, mampu untuk terbang dengan kecepatan hipersonik dan didesain untuk menempuh jarak antar benua dalam waktu singkat.

Kata-kata kuncinya: hipersonik dan dalam waktu singkat.

Menganga, Andri mendengar suara gemuruh mesin makin lama makin keras dan guncangannya juga semakin terasa. Dia melihat garis-garis aneh bermunculan di luar, yang kemudian dia sadari adalah lingkaran yang mengelilingi pesawat. Setiap kurang lebih satu detik lingkaran tersebut akan muncul di depan pesawat, mengalir ke belakang, dan lepas, seolah pesawat tersebut sedang tercemplung ke permukaan air.

Suara ledakan terdengar disertai lingkaran putih luar biasa besar yang mengalir ke belakang pesawat. Sonic boom, dan, mengetahui cukup banyak mengenai detail pesawat yang sedang ditumpanginya, Andri tahu apa yang berikutnya akan terjadi.

Mereka akan memasuki kecepatan Hipersonik.

Di ketinggian tersebut, kemungkinan lima atau enam puluh ribu meter dari permukaan laut, udara sudah sangat tipis sehingga kesulitan bernapas akan langsung menyerang manusia mana pun. Namun, Andri menyadari dirinya tak perlu mengkhawatirkan hal tersebut. Dia adalah android, dia memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi terhadap minimnya udara. Tidak, yang sangat dia khawatirkan adalah tekanan yang akan dia alami pada kecepatan hipersonik, guncangannya, dan dampak yang akan ia rasakan.

Dia bergerak cepat ke bagian belakang ruang kargo, menyambar jaring-jaring, membelitkannya pada kaki dan tangannya, lalu berpegangan erat-erat. Suara gemuruh kian lama kian kencang, dan langit di luar semakin gelap. Getaran pesawat terasa makin keras, hingga Andri merasa ngeri, takut pesawat tersebut akan pecah.

Kemudian, mereka masuk ke dalam kecepatan hipersonik.

Andri tidak memiliki speedometer, dia tidak bisa melihat ke luar, namun dia yakin bahwa pesawat tersebut telah masuk ke kecepatan hipersonik. Dia bisa merasakannya dari tekanan besar yang dialami tubuhnya, dari getarannya, dan jantungnya yang bertalu-talu mengerikan. Mereka melesat, melintasi daratan dan lautan puluhan ribu meter di bawah mereka. Andri mengeratkan pegangannya pada jaring-jaring, sedemikian keras hingga dia tangannya mati rasa. Suara mesin yang memekakkan telinga memenuhi ruang kargo, dan Andri tak menahannya lagi: dia berteriak.

BotsWhere stories live. Discover now