Chapter II

1.8K 125 11
                                        

Setengah jam kemudian, Andri keluar dari rumah barunya dalam keadaan segar, bersih, dan wangi. Dia menyandang tas bahunya, hanya berisi tablet miliknya, lalu berjalan di trotoar suburban. Perumahan di sekelilingnya masih dalam tahap pembangunan, bagian dari lahan yang baru saja didaur-ulang, dibersihkan dari bangunan-bangunan lama untuk memberi ruang bagi bangunan-bangunan baru. Beberapa mesin konstruksi sedang bekerja, sebuah truk sedang menurunkan dinding-dinding rumah beserta kusen-kusennya, beberapa robot pekerja tua merk ESR sedang menggali menjalankan mesin pengebor untuk menancapkan tiang-tiang utama rumah. Rumah bongkar-pasang semakin diminati sekarang, selain karena harganya yang murah juga karena keramahlingkungannya. Isu ekologi sedang populer kembali saat ini.

Setelah beberapa menit, dia mencapai jalan raya. Jalanan telah ramai akan mobil-mobil magnet yang melesat. Masih jam tujuh pagi, namun kota ini sudah bangun sepenuhnya. Cahaya matahari bersinar dengan sangat cerah dari Timur, menerangi wajah dan tengkuk para pejalan kaki yang memenuhi trotoar. Andri bergabung dengan mereka, terus berjalan menuju sekolahnya, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari jalan menuju perumahan tempatnya tinggal.

Sembari berjalan, Andri melihat kanan-kirinya. Dia mengetahui banyak julukan untuk kota tersebut. Di antaranya - yang dia sangat ingat - adalah ‘Kota Hujan’, karena kota tersebut selalu diguyur hujan setiap harinya, bahkan di masa-masa kekeringan global dan perubahan iklim dunia yang melanda beberapa puluh tahun sebelumnya. Selain itu, juga ada ‘Kota Hijau’, karena rimbunnya kota tersebut, dan hal itu juga masih berlaku sampai sekarang: pohon-pohon hijau, tua, dan besar berdiri di sepanjang pinggiran jalan, di antara bangunan-bangunan, dan di taman-taman. Konon, beberapa dari pohon tersebut dapat ditelusuri asal-muasalnya hingga zaman pra-PBB. Yang berarti, sudah sangat tua.

Namun, julukan yang lainnya, yaitu ‘Kota Sejuta Angkot’, sudah tidak berlaku lagi sekarang. Angkutan umum sudah ditertibkan besar-besaran sejak dua puluh tahun lalu, dan kini yang melayani transportasi publik hanyalah armada bus magnet.

Bus magnet. Mobil magnet. Teknologi mesin magnet ditemukan pada tahun 2050 oleh para peneliti perusahaan ESR. Mesin-mesin magnet sebenarnya sudah ada sejak abad 21 awal, ketika kereta-kereta Maglev pertama menjelajah daratan. Prinsip yang sama digunakan di mesin magnet ini, sehingga mereka membutuhkan jalur magnet untuk berjalan. Pembangunan infrastruktur besar-besaran dilakukan pada dekade 50 hingga 60-an, sehingga seluruh jalan raya yang ada di bumi - penekanan pada kata ‘raya’- bisa menyokong mobil magnet. Untuk jalanan yang tidak bermagnet, mobil tersebut juga bisa tetap melaju, karena di dalamnya juga terdapat generator listrik dan baterai besar untuk digunakan menyuplai mesin tambahan. Munculnya mobil-mobil magnet tersebut sangat menolong, sebab pada tahun 2060-an akhir, minyak bumi dinyatakan habis total.

Andri terus berjalan hingga mencapai sebuah bundaran luas dengan tugu perang besar berdiri di tengah-tengahnya. Bundaran tersebut dikelilingi oleh bangunan-bangunan, dengan sebuah televisi raksasa berdiri di satu sisi. Mulut si pembawa berita komat-kamit, namun tidak ada suara yang keluar. Sebagai gantinya, ada tulisan di bagian bawahnya, memberitahukan semua orang apa sebenarnya yang sedang diucapkan. Di sana, tertulis, “Misi koloni AVI menuju Europa akan segera mencapai tujuannya dalam tiga minggu lagi. Pastikan Anda menyaksikan siaran langsung…”

Setelah melewati bundaran tersebut, Andri bisa melihat sebuah gedung berwarna putih, tinggi, berdiri di seberang jalan. Itu adalah sekolahnya, sekolah barunya. Murid-murid bergegeas masuk ke dalamnya, beberapa menunggu lampu penyeberangan jalan menyala hijau, dan beberapa masuk ke dalam menggunakan mobil mereka. Andri bergabung dengan rombongan anak-anak yang menyeberang jalan, dan dengan segera membaur.

Dia masuk melalui gerbang utama, satu-satunya gerbang pada gedung yang dikelilingi pagar beton tinggi tersebut. Di gerbang tersebut terdapat sebuah pos penjaga, sama seperti sekolah-sekolah biasanya. Namun, alih-alih robot polisi atau sekuriti seperti biasanya, yang menjaga adalah seorang pria.

BotsWhere stories live. Discover now