Unexpected Life - Part 14 (Revisi)

Start from the beginning
                                    

          "Apa? Bukankah kau mengatakan aku seperti makanan penutupmu?" Aku juga sudah menyelesaikan makananku.

         "Tidak. Tidak sekarang. Kau makanan penutup paling lezat yang aku punya dan aku selalu menyimpan sesuatu yang enak untuk dinikmati paling akhir."

         Aku semakin tidak mengerti dengan kata-katanya.

       "Aku akan kembali ke ruanganku, terima kasih untuk makan siangnya Ed."

       Aku berdiri dan Edward juga berdiri lalu menghampiriku.

       "Aku membutuhkan sesuatu yang lain sebelum bekerja."

       "Apa?"

        Edward meraih pinggangku sehingga badanku menempel di badannya, lalu mendekatkan wajahnya. Aku reflek meletakkan kedua tanganku di dadanya.  Aku sempat mencium aroma musk dari tubuhnya sebelum aku menahan napas.

         "Aku senang kau menerimaku sweety." Edward mendekatkan bibirnya di bibirku membuatku panas dingin. Aku belum pernah berciuman sebelumnya dan ini ciuman pertamaku!

         Aku merasakan bibir Edward yang lembut mengecup bibir atas dan bawahku secara begantian sedangkan aku hanya diam saja. Dia menatapku "Kau tidak ingin membalas?"

          Aku merasa aliran darahku berkumpul di kedua pipiku, "Eum... Aku tidak tahu harus bagaimana. Ini pertama kalinya." Sambil menundukkan kepalaku dan berkata dengan suara yang menurutku paling kecil yang pernah aku keluarkan.  Edward tertawa dan memelukku. "Aku suka menjadi yang pertama."

           Bunyi ponsel Edward membuat dia harus melepaskan pelukannya. Ia berjalan ke mejanya dan mengambil ponselnya. "Ya?"

          Aku berjalan mengelilingi ruangannya.

        "..."

        "Aku baik. Angin apa yang berhembus disana sehingga kau menelponku hari ini?"

       "..."

        "Jangan percaya pada omong kosong itu." Aku menoleh sebentar kearahnya dan memberi kode bahwa aku ingin kembali ketempatku. Ia membalas mengangkat tangan kanannya yang kutahu artinya 'sebentar'.

        "..."

         "Aku sibuk. Aku akan menelponmu kembali nanti." Edward mematikan panggilannya dan kembali berjalan kearahku.

        "Kenapa kau terlihat ingin menjauh dariku?"

        "Aku... Tidak. Jam istirahat sudah hampir habis Ed." Aku berkata dengan gugup.

        Edward tersenyum dan kembali mendekatkan wajahnya di wajahku. Aku reflek menunduk dan ia menahan daguku. Aku memejamkan mataku, merasakan bibirnya di bibirku.

         Edward menciumku dengan lembut, membuatku hanyut dalam perasaan yang tidak pernah kurasakan. Aku mencoba membalas dengan cara yang ia lakukan dan Edward semakin memperdalam ciumannya. Kemudian ia menghentikan ciumannya setelah aku hampir kehabisan napas. Lalu menempelkan dahinya di dahiku. "Aku mencintaimu dan bibirmu adalah canduku."

           Pipiku memerah. "Aku suka ini." Ia mengelus kedua pipiku, "Aku akan mengantarmu pulang hari ini, tunggu aku." Aku mengangguk dan segera keluar dari ruangannya.

*

Pikiranku tidak dapat berkonsentrasi akibat ciuman itu. Feromonku memaksa terus mengingat ciuman itu dan jantungku tidak berdetak normal sejak tadi. Kaki-kakiku menjadi lemas. Jam di meja kerjaku selalu menarik perhatian dan ketika jarum panjang sudah di angka 12 dan jarum pendek sudah diangka 5, aku segera membereskan meja kerjaku.

          Kutatap cermin yang selalu kuletakkan di meja kerja dan merapikan rambutku. Baru kusadari satu hal,  seharusnya aku tadi meminta Ed menjemputku di halte saja. Aku mendengus pasrah.

         Tak lama sebuah mobil sedan audi hitam berhenti di depanku. Kaca penumpang depan diturunkan dan aku melihat Edward didalam, ia tersenyum dan menyuruhku masuk. Tanpa perlu aku melihat sekitar, aku langsung berlari masuk.

        "Kau menyetir sendiri?"

        "Ya. Aku menyuruh sopirku pulang karena aku ingin mengantarmu sendiri." Edward menyeringai khas.

        "Eum... Ed, mengenai hal itu, bisakah lain kali kita bertemu di halte dekat kantor saja?" Sebenarnya aku sedikit takut menanyakan hal ini padanya, aku takut ia marah padaku.

        Ia hanya diam saja.

       "Aku hanya merasa tidak nyaman dengan tatapan seluruh orang Ed," jelasku lagi.

       Ia meraih tanganku dan menggenggamnya. "Maka mulai sekarang kau harus belajar membiasakannya. Kau mengerti?" Edward sepertinya tidak ingin dibantah, jadi aku hanya mengangguk pasrah.



Dont Forget The Votes Button

R.V

Unexpected Life [COMPLETED]Where stories live. Discover now