9 - Is She?

3K 372 6
                                    

Wanita ini makannya banyak sekali. Ia makan dengan lahap, ia tak menghiraukan imagenya. Tapi ia lucu juga, bahkan ia sekarang meminta satu porsi lagi kepada Ahjumma disini. Tteokbokki-ku hampir habis tapi jujur saja perutku masih minta diisi.

"Apa kau mau juga?" Tak mungkin aku mengelak, aku harus melupakan imageku sekarang karena perutku lapar sekali. Akhirnya aku menggangguk. Ia tersenyum kearahku, aku sedikit malu tapi biarlah yang penting perutku kenyang.

"Cogiyo, kenapa anda dikejar wartawan tadi pagi?" Katanya membuka percakapan.

"Entah lah aku tak tau. Mereka selalu menanyakan pertanyaan tak jelas. Aku juga sudah muak. Mereka tak pernah membiarkanku hidup tenang," Kataku sambil menghembuskan nafas kasar.

"Kau sendiri kenapa jauh-jauh kemari?" Sambungku.

"Geure, hidup ini berat terkadang juga tak adil. Aku baru beberapa minggu bekerja dan tak pernah melakukan hal yang benar. Baru kali ini aku melakukan tugasku dengan baik tapi aku tak tau jika berkas ini saat tiba di Seoul apakah akan diterima atau tidak." Katanya dengan tatapan sendu.

Ia menuangkan Cola ke gelasku dan menuangkan juga ke gelasnya sendiri.

"Mari bersulang untuk melupakan hidup yang berat." Kataku.

Ia mengangkat gelasnya dan bersulang denganku.

"Apa kau seorang wartawan atau reporter atau penulis?"

"Aku wartawan dan terkadang reporter."

"Benarkah?" Aku sedikit terkejut.

"Tak usah khawatir. Aku tak akan membeberkan apapun. Aku tak ada energi untuk itu dan aku juga tak ingin namaku dikenal pubik dengan cara seperti itu."

"Baguslah. Apa yang kau lakukan jika saat di kondisi drop seperti ini?" Tanyaku.

"Hmm," ia tampak berfikir sambil menggembungkan pipinya, "aku hanya bernyanyi kecil di dalam hati, menghilangkan pikiran negatif di kepalaku."

"Maksudnya?" Tanyaku kurang mengerti.

"Jika hidupmu terasa berat. Kosongkan pikiranmu, lantunkan nyanyian didalam hatimu, dengarkan lantunan itu. Dengan itu kau mudah melupakan masalahmu." Jelasnya panjang lebar sambil tersenyum.

Aku hanya menatapnya. Mungkin lain kali aku bisa mencoba saran darinya.

Setelah selesai makan. Wanita itu bergegas membayar makanan yang kami bayar. Aku sebenarnya ingin membayarnya tapi dompetku tertinggal.

"Ah dompetku tertinggal," Aku mencak-mencak sendiri mengetahui kecerobohanku.

"Sudah biar aku saja yang membayarnya." Katanya sambil tersenyum, apa ia meremehkanku? Tapi setelah makan ini moodnya membaik, ia lebih banyak tersenyum.

Baguslah aku tak tahan melihat sifat dinginnya yang menusuk tulang, ternyata begini bila bertemu orang yang dingin. Apakah selama ini orang disekitarku merasakan ini juga?

Taeyeon pov

Pria itu lupa bawa dompet, untung aku membawa dompetku.

"Sudah biar aku yang bayar." Kataku sambil tersenyum. Untung duit di dompetku cukup kalau tidak kami berakhir mencuci piring disini.

"Uangku ada hanya saja aku lupa membawa dompet. Aku akan membayarnya bila kita sampai di Seoul(trans:terimakasih)" Katanya panjang lebar

"Iya,vsama-sama. Kau tak perlu menggantinya, ini tidak seberapa kok, lagipula kita bukan makan di tempat mahal."

Starlight🌟BaekYeonWhere stories live. Discover now