Dia tersenyum tipis dan berjalan mendekat. Saat itulah, dia tahu Jed masih mengenakan setelan rapi untuk tidurnya. Dia mengerutkan dahi, namun tidak berpikir macam-macam. Pukul berapa Jed pulang? Ata menarik tepi selimut Jed dan masuk dibawahnya. Bergabung bersama Jed. Tangannya terulur untuk menyentuh wajah Jed.

Jed seperti tersentak saat dia mendapati sentuhan Ata di ujung hidungnya. Matanya terbuka sedikit dan seulas senyum hadir saat dia melihat gadis itu tengah tersenyum padanya.

"Ata?" ujarnya pelan dan serak. "Hai, Sayang,"

"Jed," balas Ata pelan.

It's not a fucking dream!

Ata mengamankan tangan kanannya terlebih dahulu sebelum dia membawa tubunya mendekati Jed. Pria itu memutar tubuhnya agar bisa mendekap Ata. Meski dengan mata kantuknya, dia sepenuhnya sadar kalau ini bukan mimpi. Nafas hangat Ata di sekitar wajahnya menandakan perasaan nyaman yang real. Bukan mimpi.

"Kenapa kau tidak tidur?"

"Aku tidak bisa tidur, Jed. Kau darimana?"

"Hm?" Jed menguap. "Kenapa memangnya?"

"Kau tidak menukar pakaianmu. Kau baru pulang, ya?"

Jed mengusap wajahnya, lalu tersenyum. "Um, Baby,"

Dia mengangkat tangan kanan Ata pelan untuk juga memastikan kalau apa yang dilakukannya tidak menyakiti perempuan itu. Lalu, dia meletakkan tangan itu di dadanya.

"Let's just sleep now." bisiknya pelan.

Tangannya secara konstan mengusap lengan Ata, lalu dia menutup matanya. Pelan, Ata tersenyum saat usapan itu hilang dan nafas Jed berubah pelan dan sangat teratur. Dia kembali tidur. Ata mengecup ujung dagu Jed pelan, lalu menutup matanya.

"Have a nice sleep, Baby."

Jed melipat tangannya melihat Ata yang masih terlelap di ranjang. Terbalut selimut, gadis itu tampak begitu kecil dan sangat nyaman di balik gumpalan kain tebal itu. Jed sempat berpikir untuk membatalkan niatnya, lantaran tak mau membuyarkan pamandangan yang indah ini. Hari masih terlalu pagi memang, tapi dia tak boleh kehilangan momen. Tidak bahkan jika harus menunggu lima menit lagi. Dia punya rencana untuk wanita yang dia cintai ini.

"Ata..." Jed menggoyangkan tubuh Ata pelan. "Ata, bangun,"

"Hm?" Ata menggeliat, namun tidak membuka matanya.

"Ata," Jed menepuk pipi gadis itu sampai Ata membuka matanya.

Dia memicingkan mata melihat Jed. "For God's sake, ada apa?" dia duduk, mengusap wajah dengan tangannya.

"Hai," sapa Jed sambil mengusap pipi Ata. "Oke, bangun sekarang," perintahnya.

"Oh, sebentar lagi, ya." pinta Ata.

"Baik kalau kau menolak."

Taktis, Jed menyibak selimut tebal dan mengangkat tubuh Ata untuk dibawanya ke kamar mandi. Dia lalu menurunkan tubuh Ata di depan westafel dan menghidupkan krannya. Ata memperhatikan Jed, bingung dengan apa yang dia lakukan. Dia bisa melihat di luar masih gelap. Jam berapa ini sebenarnya?

Jed mengusapkan air ke wajah Ata dan seketika itu pula dia mengerjap. "JED! Dingin! What's going on with you?" serunya.

"Maaf." Jed tertawa pelan, lalu cepat mengambil handuk bersih dari lemari terdekat.

Dia menutupi wajah Ata dengan handuk itu, mengeringkannya. Setelah itu, dia manjawil cuping hidung Ata dan tersenyum. "Ayo,"

"Aku masih ngantuk!" ujarnya malas, namun mengikuti Jed keluar kamar mandinya.

Love Or DieUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum