Bab XI - Crushed -

622 33 19
                                    


- Kiran -

Tubuhku seketika membeku melihat tampang Rifan dengan rahang terkatup rapat, mata yang tajam memandang kami, aku dan Kevlar. Bahkan wajahnya memerah menahan emosinya. Rifan memang cowok tipe emosian dan aku takut sekarang. Kupikir dia salah paham.

"Rif, jangan salah paham ini,-"

"Diam kamu Kiran!!" Rifan memotong perkataanku dengan teriakannya yang membuatku sontak membeku. Telunjuknya kini menunjuk Kevlar dengan garang. "Aku punya urusan sama cowok ini!!" Suaranya dalam menakutkan saat mengatakannya. Tubuhku bergidik.

Aku terpaku ditempatku. Kulirik Kevlar, dimalah tersenyum miring pada Rifan yang sedang menatapnya dengan garang.

Rifan berjalan maju mendekati kami, secepat kilat, dia meraih kerah baju Kevlar. Wajahnya menatap Kevlar makin garang, tapi yang ditatap malah tak gentar sedikitpun.

"Aku sudah menahan emosiku selama ini yang melihatmu selalu berusaha mendekati pacarku.." Suara Rifan pelan dan dalam berbicara pada Kevlar. Tapi, mata dan ekspresinya masih garang. "Bisa kulihat, kau yang selalu mencari setiap kesempatan untuk bisa merebutnya dariku. Kau menyukainya. Kau menaruh hati padanya. Tapi, selama ini aku masih diam saja." Sambungnya kemudian.

Aku membuka mulut, hendak menginterupsinya, tapi sejurus kemudian Rifan sudah berteriak.

"Dan kali ini!!! Aku tak bisa lagi menahan emosiku!!"

Tau-tau, wajah Kevlar sudah dihantam dengan tinjunya Rifan hingga ditersungkur ditanah. Mataku membelakak melihatnya. Aku hendak tunduk untuk membantu Kevlar berdiri, tapi sebelum aku bergerak, Kevlar sudah bangkit dan mengayungkan tangannya menuju Rifan. Namun, tinjunya tak berhasil mendarat di wajah Rifan. Karena dengan cekatan Rifan mencegatnya.

Didepanku, mereka berdua bergulat. Tapi, Rifan berkali-kali lebih unggul dari Kevlar. Terang saja, Rifan jauuuh lebih tinggi dari Kevlar. Belum lagi, badan Kevlar kecil dan Rifan lebih berisi dan berotot. Aduh. Ini tak seimbang. Tapi, bukan saatnya berdiam dan menonton seperti ini Kiran. Astaga!!

"Cukupppp..!!!" Teriakku dengan kencang. Mereka tak mendengarnya dan terus bergulat hingga berguling ditanah.

Dengan susah payah, aku meraih kaos Rifan dari belakang menarik tubuhnya untuk berhenti. Tapi, tak cukup. Aku bingung dan hanya mondar mandir dengan bodoh melihat mereka.

Dan saat ada celah, aku masuk diantara mereka. Menghalangi keduanya bergulat. Dan sukses! Mereka terdiam ditempat dengan nafas ngos-ngosan refleks mencegah agar aku tak kena gulatan mereka, tubuh mereka penuh peluh dan kotor serta wajah yang garang saling memandang.

Tapi, Rifan tak puas dia bergerak hendak maju lagi. Aku secepat kilat menghadapnya dan menahan tubuhnya dengan tangan didadanya. Dia menatapku dengan garang.

"Stop Rif. Stop." Teriakku didepannya.

"Aku tak kan berhenti. Sampai bocah itu sadar dengan siapa dia berurusan" jawabnya menggelegar. Bisa kudengar dengusan angkuhnya Kevlar dibelakangku mendengarnya.

"Sudahlah Rif. Kekerasan takkan membuahkan apa-apa. Lagian, kamu salah paham. Aku dan Kevlar hanya teman biasa." Kini aku yang sedikit emosi menangapinya.

"Kamu memang menganggapnya begitu. Tapi, kunyuk sialan itu tidak. Dia mengingingkanmu." Rifan masih terus saja dengan keras kepalanya. Ya, itulah dia.

"Aku milikmu Rifan. Apa yang kau takutkan?!" Kataku berusaha melembutkan suaraku.

Rifan memandangku dengan intens. Emosinya sedikit mengendur sekarang. "Aku takut dia merebutmu dariku" suaranya pelan mengatakannya.

Kuraih wajahnya dan menangkup dengan kedua tanganku sambil tersenyum manis padanya. "Siapapun takkan bisa merebutku darimu. Aku hanya milikmu. Percayalah" suaraku makin kulembutkan.

When Sunrise Come - Slow UpdateOnde as histórias ganham vida. Descobre agora