Bab II - Beginning -

849 55 8
                                    

- Kiran -

Kring.. Kring.. Kring..

Aku tersentak dari mimpi indah ku dan kini berganti mendengar suara yang rasanya familiar yang selalu menjadi tersangka utama dalam penginterupsi-an mimpi indah ku. Aku memaksa tanganku untuk bergerak membungkam suara yang rasanya bisa membuat ku langganan dengan dokter THT.

Aku meraih benda kecil berkaca cembung dan berbentuk kotak itu dari atas nakas samping ranjangku dan meletakkan benda itu di depan wajahku. Dengan enggan ku buka mataku untuk melihat jarum kecil terletak di angka berapa. Memastikan sudah pukul berapa sekarang. Jarum kecil pada jam weker ku itu tepat pada pukul 7.05.

"Oh. Baru pukul 07.05" aku bergumam kecil di sela kesadaranku dan meletakkan lagi jam weker ku itu diatas nakas dan kembali memejamkan mata.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Tunggu. Tadi jam weker menunjukkan pukul berapa? Aku kembali mengambil jam weker tersebut di atas nakas. Dan memastikan lagi penglihatanku. Kini jam weker itu menunjukkan pukul 07.08. Seketika mataku melebar dan kantuk ku menghilang.

"What???! 07.08??? Gila. Aku telat!!" Teriakku dengan histeris sambil menatap jam weker dengan bola mata yang jika pegasnya sudah longgar pasti akan jatuh keluar dari kelopak mataku.

Aku pun segera bergerak secepat kilat turun dari ranjangku. Mengambil handuk dan peralatan mandi kemudian berlari keluar kamar dan menuju kamar mandi.

"Pagi Ma. Pa. Kak." Sapa ku singkat saat melewati dapur dan mendapati Papa, Mama dan kakak-kakakku sedang sarapan.

Blaaaaaaakkk..

Aku membanting pintu kamar mandi dengan keras sehingga menimbulkan suara yang cukup keras pula. Hedeh, bisa berabe kalau tadi pintunya terlepas atau rusak. Bisa di kejar pakai golok aku sama Mama. Dan dipotong uang jajan selama 5 tahun untuk perbaiki pintu.

"Pasti telat tuh. Sampai kayak orang kesurupan gitu" dari kamar mandi, bisa ku dengar suaranya kakak ku yang sedang mencelotehkan tentang kelakukanku barusan.

"Iya kak. Tepat banget." Teriakku dari dalam kamar mandi. Bisa ku dengar orang-orang di luar sedang menertawaiku. Sialan. Jungkir balik di atas penderitaan orang lain. Oke, kayaknya pepatahnya salah.

Aku pun segera mandi secepat kilat yang ku bisa setelah itu kembali ke kamar dan berganti baju dengan seragam putih-biru ku lengkap dengan dasinya. Kemudian berjalan menuju dapur.

Sesampainya aku di dapur. Para orang rumah masih asyik bersarapan. Benar-benar kilat aku. Bahkan mereka pun belum selesai sarapan. Aku pun segera meneguk segelas susu, dan mengambil sepotong roti dan langsung memasukannya kedalam mulutku. Aku berlari untuk mencium tangan, Mama, Papa dan Kakakku.

"Hayu pehgi duhu haa. Assalamualaikum" seruku dengan mulut masih penuh roti dan cuman bisa fasih saat di penghujung salam. Aku pun segera berlari untuk mengejar angkot dan kemudian melaju menuju sekolah.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15menit, akhirnya aku pun tiba di depan halaman sekolah. Untungnya pintu pagar tidak di tutup dan tak ada satpam yang menjaga. Mungkin karena ini masih suasana liburan, kami saja para murid baru ini datang untuk persiapan orientasi.

Ketika aku tiba di dalam sekolah, gila sekolah benar-benar sepi. Aku melirik arlojiku. Sudah pukul 07.35. Benar-benar telat nih. Aku akhirnya berlari menuju Aula sekolah yang ku tau menjadi tempat berkumpul untuk persiapan orientasi.

Aku berlari terus dan tiba-tiba kehilangan keseimbanganku saat sudah di depan pintu aula. Refleks kedua tanganku berada di pintu aula, menyandarkan dengan kuat kedua tanganku agar aku tak jatuh terjungkir, tapi yang terjadi apa? Pintu itu malah terbuka lebar dan membentur dinding di dalamnya yang mengakibatkan suara nyaring.

When Sunrise Come - Slow UpdateWhere stories live. Discover now