Bab VI - Falling in Love

996 42 4
                                    

Sorry banget ya~ kalau aku updatenya lama. Terlalu banyak ini itu yang numpuk di otak dan juga ini itu yang mengejar-ngejar diriku. Bingung? Sama! Aku juga. Oke, gak usah di pikirkan.
Langsung aja yaa, yang udah nunggu (semoga ada) check it out~

- Kevlar -

Aku tiba di ruangan kelas dan mataku langsung refleks mencari satu sosok. Su sapukan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan kelas yang mulai terisi banyak siswa. Senyumku mengembang sempurna saat melihat satu sosok yang aku cari tertangkap di mataku. Dia sedang duduk bersama para kaumnya dan tertawa-tawa dengan riang.

Aku berjalan mendekatinya. Kegiatannya teralihkan begitu aku muncul di hadapannya. Sepertinya biasa, dia tersenyum begitu manis padaku. Membuat rasanya setiap syaraf di tubuhku terserang sengatan listrik dengan daya luar biasa besar. Oke, aku berlebihan. Tapi, aku serius.

"Gak nyangka ya kita bisa satu kelas." Suara cempreng dan lucu itu pun mengalun berbicara padaku.

"Iya ya. Kayaknya kita memang jodoh" sahutku dengan menyunggingkan cengiran lebarku yang kadang ketika kurasa kulakukan dengan agak berlebihan aku merasa bodoh dengan hal itu.

"Kayaknya ngebet banget kamu berjodoh sama kamu" tebaknya dengan begitu sempurna. Aku hanya menggaruk-garuk kepalaku yang rasanya gak gatal tapi sedikit begitu tak nyaman, dan kemudian aku ingat kemarin aku habis main futsal guling-gulingan di lapangan dan belum keramas, pantas. Baiklah, itu tidak penting.

"Udah dapat bangku?" Tanyanya kemudian. Refleks, aku menepuk jidatku. Benar, aku belum dapat bangku. Aku tadi datang terlambat ke sekolah gara-gara harus meladeni omelan Mamaku di pagi hari yang lagi-lagi memarahiku gara-gara aku selalu menggantung kolor bekas ku di sembarang tempat. Dan aku punya adik yang masih balita, akibatnya dia sering memainkan kolor bekasku. Kadang mengisi kolor itu di dalam mulutnya. Hahaha. Tak apalah, anggap aja vitamin.

"Belum nih. Dan kayaknya udah pada penuh semua" jawabku sambil mengedarkan pandangan, mencari-cari sekiranya ada bangku kosong yang tak berpenuhi. Ya, if you know what I mean.

"Tepat deh kalau gitu aku sisain bangku buat kamu. Feelingku sih, kamu bakal datang telat lagi. Karena selain aku, siapa lagi yang paling sering telat waktu MOS. Dan ku pastikan hal itu akan terjadi saat sekolah juga." Kiran, cewek yang beberapa hari ini, tidak minggu ini selalu menganggu pikiran ku pun cekikikan dengan begitu puasnya saat mengatakan hal itu.

"Ya, mau gimana lagi namanya juga spesies langkah. Iyakan?" Aku memainkan alisku naik-turun menggodanya. Dia mengangguk dan tertawa sambil memukul-mukul bahuku. Kebiasaan yang aneh. Tertawa sambil memukul. Tapi, aku suka. Apapun yang dia lakukan. Sedang ngupil pun aku suka.

"So, tempat aku dimana?" Tanyaku penasaran. Sumpah deh penasaran, gak lucu banget kalau ternyata Kiran hanya mengerjaiku dengan menunjuk tempat sampah sebagai bangku ku saat belajar. Langsung ku jadikan dendeng lah dia. Dendeng di hatiku maksudnya. Cuit.. Cuiiit..

"Duduk bareng aku ya? Tempatku masih kosong kok. Teman-teman yang lain udah punya pasangan duduk. Tadi aku juga telat makanya belum dapat teman. Sarah gak sekelas denganku. Jadi, gitulah" jelasnya dengan semangat dan keceriaan khasnya. Mendengarnya, hatiku melayang bagai terbang kelangit kesepuluh. Mimpi apa aku semalam? Apa ini efek di marahi Mama tadi pagi. Kalau gitu aku rela deh di marahi Mama tiap pagi, kalau tiap ke sekolah dapat rejeki nomplok kayak gini.

"Gimana, mau ngak?" Suara Kiran menginterupsi euforia kebahagiaanku.

Aku sontak mengangguk mantap "Mau. Mau. Dimana?" Celingak celingakku lagi mencari entah tempat dimana yang sudah Kiran sediakan.

"Tuh. Di bagian depan. Aku mau fokus ke tiap pelajaran. Makanya mau duduk di depan" sahutnya sambil menunjuk bangku di bagian tengah paling depan kemudian berlari ke bangku itu dan memanggilku ke bangku itu.

When Sunrise Come - Slow UpdateWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu