41

17.6K 1.1K 8
                                    

"Sialan. Jadi canggung kan" batin Ezra. Sekarang ia dan Alline sedang berada di dalam mobil Ezra. Namun, sejak kejadian tadi mereka masih sama-sama diam dan itu membuat suasana semakin canggung.

"Ekhem... lo laper gak?" Tanya Ezra membuka pembicaraan. Alline menatap Ezra sebentar, namun ia kembali melihat ke arah jalanan di depannya.

"Laper" jawab Alline singkat.

"Kita makan dulu deh. Lo mau makan di mana?"

"Gue ngikut aja"

"Gue kemaren nemu cafe yang ternyata ayam panggangnya enak banget. Kita kesitu aja gimana?" Tanya Ezra masih mencoba menghilangkan hawa canggung di antara mereka.

"Boleh"

"Kesannya gue dingin banget ke Ezra"

Alline masih menatap lurus ke arah jalanan yang ada di depannya.

"Udah lama gak lewat sini. Dulu gue sering banget lewat jalan ini sama Bian kalo mau ke cafe tempat dia manggung"

Alline menghela nafas dan kemudian ia memilih untuk memainkan hpnya.

"Sab nyampe nih" ucap Ezra.

"Baru juga mainin hp" jawab Alline.

"Main hpnya kan bisa ntaran. Gue udah laper" balas Ezra kemudian keluar dari mobilnya. Alline segera memasukkan hpnya kedalam tasnya. Setelah itu ia keluar dari mobil Ezra.

"Tunggu-" Alline menggantungkan kalimatnya ketika matanya menangkap sebuah tempat dimana ia dan Bian sering datangi dulu berada tepat di depannya.

"Jadi cafe ini yang Ezra maksud?"

"Sab buruan"

"Gu...gue nyusul"

Alline bejalan dengan lambat. Ia mengedarkan pandanganya ke sekeliling parkiran cafe.

"Dulu, Bian selalu parkir disitu" batin Alline. Ia masih mengingat dengan baik dimana Bian selalu memarkirkan mobilnya jika datang ke cafe itu. Ia akan selalu parkir di tempat yang sama, yaitu yang dekat dengan pintu cafe dan saat ini tempat itu sedang kosong.

Alline masuk ke dalam cafe. Tak ada yang berubah, pikirnya. Semua masih sama. Hanya saja mereka kehilangan satu penyanyi yang punya banyak fans di cafe itu.

Mata Alline berhenti tepat di seseorang yang sedang melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum lebar.

"Kenapa mesti duduk di tempat yang sama sih?"

Alline segera mendatangi Ezra yang telah duduk manis di tempat yang biasa Bian duduki yaitu meja yang dekat dengan panggung minimalis di dalam cafe itu. Alline manarik kursi yang juga selalu ia duduki jika ke cafe itu. Terlalu banyak kebetulan.

"Sab" panggil Ezra. Alline mengangkat kepalanya untuk menatap Ezra yang duduk di depannya.

"Kenapa?" Tanya Alline.

"Omongan gue tadi anggap angin lalu aja, jangan dipikirin. Maaf bikin lo gak nyaman" ucap Ezra.

"Gue gapapa kok"

"Tapi lo dari tadi kayak mikir mulu. Lo kelihatan bener-bener gak nyaman. Gue tau itu bukan saat yang tepat buat-"

"Kenapa mesti ke sini sih Zra?" Potong Alline.

"Lo kenapa? Lo gak suka disini? Kita bisa pindah kok kalo lo mau" balas Ezra cepat karena khawatir dengan nada bicara Alline yang terdengar sedih.

"Lo tau? Gue sering ke sini sama Bian buat nemenin dia nyanyi disini atau buat sekedar makan. Dan parahnya sekarang kita duduk di meja yang sama kalo gue sama Bian kesini. Allah emang pencipta skenario terbaik" balasnya sedih.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang