15

24.3K 1.5K 7
                                    

Bulan Mei telah tiba. Itu berarti tidak lama lagi akan mendekati acara ulang tahun SMA Nusantara. Daftar lomba yang diadakan pun sudah tertempel di mading. Dan benar saja seperti yang dikatakan Alline, lomba vokal solo diadakan lagi tahun ini, dan Bian mengikutinya.

"2 hari lagi puncak acara ultah sekolah sekaligus lomba vokal solo, tapi sampai detik ini gue gak tau mau nyanyi apa. Disuruh 2 lagu pula" keluh Bian pada Alline.

Mereka sedang duduk di taman belakang sekolah, kegiatan belajar-mengajar memang di hentikan sejak kemaren karena akan memperingati acara ultah sekolah.

"Nyanyiin aja yang menurut kamu lagi gambarin isi hati kamu" saran Alline. Bian terlihat berpikir, ia lalu meminum susu kotak vanillanya. Tiba-tiba Bian teringat sesuatu. Ia langsung merubah posisi duduknya menjadi menyamping menghadap Alline.

"Lo kenapa gak ikut? Lo bisa main piano kan? Gue juga yakin suara lo bagus"

Alline melotot. Ia menoleh pada Bian. Darimana Bian tau ia bisa main piano? Ia bahkan tak pernah memberitahunya. Alline baru akan membuka mulutnya untuk bertanya tapi Bian lebih dulu menjawab.

"Gue lupa bilang. Lo inget kan pas pertama kali gue nyanyi di cafe? Nah pulangnya kan lo ketiduran di mobil. Jadi gue gendong lo ampe kamar. Tenang! Atas ijin bokap lo tentunya"

Lagi-lagi Alline melotot. Kini Alline yang merubah posisi duduknya menjadi menghadap Bian, mereka berhadapan.

Alline pikir Ayahnya lah yang membawanya ke kamar. Ternyata ia salah besar. Tak pernah terlintas di benak Alline, Bian akan melakukan itu. Tapi ternyata ia benar-benar salah.

"Kok gak bangunin sih waktu itu? Atau nggak kenapa gak Papah aja yang gendong ke kamar?"

"Gak tega aja, muka lo sok manis lugu-lugu gimana gitu. Bokap lo yang nyuruh gue anter lo ke kamar kok" jawab Bian santai. Alline mendengus. Wajahnya memerah ketika membayangkan Bian menggendongnya seperti saat ia sakit dan Bian membawanya ke UKS.

"Ciee blushing! Lo pasti ngebayangin betapa kerennya gue saat itu kan. Ngaku!" Tuduh Bian. Alline merubah posisi duduknya lagi seperti semula. Ia tak sanggup menatap Bian. Belum lagi jantungnya yang sedang berkerja keras saat ini.

"GR"

"Ngeles aja terus. Kembali ke topik kedua. Gimana?"

Alline mentap Bian bingung. Bian menghela nafas.

"Lo kenapa gak ikut? Lo bisa main piano + nyanyi kan?"

"Gak. Males" tolak Alline.

"Yaudah lo mesti duduk paling depan pas gue nyanyi ntar" ucap Bian sambil mengacak rambut Alline.

"Gak. Bosen. Udah sering liat"

"Kalo lo gak nonton gue bakal nyium lo. Terserah aja sih kalo lo ngebet pengen gue cium"

Alline melotot. Ia lalu mendengus kesal. Alline baru ingat sesuatu yang harusnya ia katakan sejak 3 hari yang lalu.

"Oya! Novelnya Stela diterima dan lagi sama editor buat di edit"

Kali ini Bian yang melotot.

"Serius?" Tanyanya tak percaya. Alline mengangguk.

"Stela pasti seneng banget, sekaligus marah karna gue gak minta persetujuan dia sebelumnya. Tapi gue yakin dia setuju" Ucap Bian.

"Stela pasti seneng kok"

"Aminn"

"Btw, thanks banget Al" ucap Bian sambil tersenyum tulus. Alline membalasnya dengan anggukan dan senyuman.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang