33

20.2K 1.2K 2
                                    

Beberapa bulan kemudian

"Gue gak nyangka kita udah ngelewatin UN"

"Yap. Perasaan baru kemaren gue pertama kali ikut tawuran dan sekarang gue udah mau lulus aja"

"Waktu berjalan cepet banget ya"

"Lo mau ngelanjutin ke mana Zra?" Ezra berpikir sebentar kemudian mengangkat bahunya.

"Entah. Keahlian gue cuma tawuran dan bokap pengen gue ngambil jurusan bisnis menajemen. Entah apa yang bakal terjadi sama perusahaan yang udah susah-susah di bangun bokap dari nol kalo gue yang bakal ngambil alih. Ya, mau gimana lagi gue anak tunggal" jelas Ezra.

"Lo Sab?" Tanya Ezra balik pada Alline.

"Pengennya sih jadi pianis kalo gak penulis. Tapi kata nyokap gue mesti cari yang pasti-pasti aja. Jadi gue masih bingung" jawab Alline. Ezra mengangguk-ngangguk lalu beralih menatap Bian yang menjadi lebih pendiam tidak seperti biasanya.

"Lo?" Tanya Ezra. Bian masih diam dengan pandangan kosong menatap makanan di atas piringnya.

"Yan?" Panggil Ezra.

"Lo ngambil apaan?" Tanyanya sekali lagi. Namun, masih tidak ada jawaban dari Bian menoleh pun tidak dilakukan cowok itu. Ezra yang tidak tahan karena di abaikan,berdiri lalu mendorong kepala Bian yang duduk di depannya. Bian mengerjapkan matanya.

"Lo apa-apaan sih?!"

"Lo yang apa-apaan. Dari tadi gue ngomong di kacangin sama lo" balas Ezra.

"Ohh sorry. Emang lo ngomong apa?"

Ezra memutar bola matanya malas.

"Tau ah!"

"Dia nanya lo mau ngambil jurusan apa? Lo kesambet apaan sih Bi? Dari tadi diem mulu, bukan lo banget" sahut Alline. Setelah mendengar ucapan Alline, Bian kembali terdiam.

"Gue masih bingung. Mungkin bisnis menajemen, bokap pengen gue nerusin perusahaan" balas Bian tak semangat.

"Sama kayak Ezra dong. Dimana?" Tanya Alline. Bian sedikit melotot dan wajahnya menjadi sedikit pucat.

"Di Bandung atau Jakarta?" Tanya Alline lagi. Bian masih diam dan Alline masih menunggu jawaban Bian.

"Lo pada ke prom gak minggu depan?" Tanya Ezra tiba-tiba. Bian menghela nafas lega, ia perlu berterima kasih pada Ezra yang telah mengalihkan pembicaraan.

"Mungkin eng-"

"Alline sama gue" potong Bian.

"Yaelah. Gue nanya ke prom apa enggaknya bukan mau ngajak dia ke prom bareng, lagian gue tau dia bakal sama lo. Sensi amat sih lo Yan" balas Ezra.

"Iya. Kita bakal dateng" balas Bian. Alline menatap Bian dengan alisnya yang terangkat satu.

"Lo harus dateng. Ini acara terakhir kita di SMA, Al. Lagian lo udah ngelewatin hampir dua tahun waktu lo di SMA buat di bully. Lo harus dateng. Sama gue. Gue gak nerima penolakan" ucap Bian.

"Ya ya ya tuan pemaksa yang selalu mengambil keputusan sendiri dan selalu melibatkan orang lain" ejek Alline.

"Lo bukan orang lain buat gue" ucap Bian lalu mengacak rambut Alline sambil tersenyum.

"Stop menye-menyean di hadapan gue. Lo berdua harus inget keberadaan gue di sini" ucap Ezra mengintrupsi.

"Apaan deh lo" balas Alline sambil menyembunyikan wajahnya yang mungkin sudah memerah karena perlakuan Bian.

"Gimana kalo kita cari baju buat prom entar?" Tawar Ezra.

"Males ah. Gue pake baju yang ada aja" jawab Alline.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang