21

20.2K 1.3K 7
                                    

Alline duduk di balkon kamarnya sambil menatap langit malam dengan sendu. Saat ini ingin sekali ia menyumpal telinganya. Mendengar pertengkaran kedua orang tuanya bukan lah hal yang ia ingin kan saat ini. Belum lagi pikirannya yang di penuhi rasa bersalah dan tak nyaman karena sudah 5 hari ia mengabaikan semua telpon dan SMS dari Bian. Menurutnya, menjauhi Bian adalah keputusan yang terbaik. Ia tak ingin Bian terlibat terlalu jauh lagi.

Sesuatu yang mati-matian ia pendam di pelupuk matanya kini jatuh. Hatinya benar-benar teriris, sakit, dan perih ketika mendengar tangisan terisak Ibunya. Dan perasaan menyesal itu kembali datang menghampirinya. Tangisnya pecah, ia tak mampu menahannya lagi. Bahunya bergetar seiring tangisannya. Saat ini ia merasa seperti menangis bersama ibunya.

"Gara-gara aku kalian kayak gini"

Alline mengangkat kepalanya yang sebelumnya tertunduk dan ia berdiri. Ia lalu masuk kedalam kamarnya dengan tergesa-gesa. Cewek itu mengambil gelas yang masih terisi setengah dengan tangannya yang bergetar. Alline memejamkan matanya yang basah. Tangannya yang bergetar perlahan melepaskan pegangan pada gelas tadi. Setelah mendengar bunyi yang cukup memekikkan telinga. Alline membuka matanya perlahan.

"Hiks.."

Alline berjongkok. Tangannya yang masih bergetar terulur untuk mengambil salah satu serpihan kaca yang berhamburan di lantai kamarnya.

"Hiks. Maafin Alline Pah, Mah"

Cewek itu mengangkat tangannya yang memegang serpihan kaca. Alline mengarahkan serpihan kaca itu ke urat nadi tangan kirinya. Tangannya semakin bergetar, bibirnya pun ikut bergetar mengeluarkan isakan. Alline memejamkan matanya.

"Makasih"

"Maaf"

Dengan kekuatan penuh cewek itu melempar serpihan kaca yang belum sempat menyentuh kulitnya entah kemana.

"Gak! Jangan bunuh diri!"

"Aku harus hadepin masalah bukan lari dari masalah"

Alline menyandarkan tubuhnya di dinding kamarnya. Ia memukuli kepalanya sambil menangis.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!"

***

"Heh! Beliin 6 bakso sama es teh! Kita malas ke kantin!"

Alline mengangguk lalu berdiri. Ia berjalan keluar kelas menuju kantin untuk membeli bakso dan es teh untuk Carel dkk. Baru kali ini Carel menyuruhnya membelikan makan untuk mereka dan Alline pun bingung kenapa Carel tiba-tiba menyuruhnya.

Alline sampai di kantin yang memang belum terlalu ramai karena jam istirahat memang masih 10 menit lagi. Kelasnya hari ini memang mendapat jam istirahat lebih dulu karena guru yang mengajar ada keperluan mendadak tadi. Alline langsung memesan 6 bakso dan 6 es teh. Ia mengeluarkan selembar uang 100 ribu dari kantongnya dan memberikam pada Ibu kantin.

***

Ezra yang sedang berjalan di dalam kantin tiba-tiba berhenti ketika matanya menangkap sosok yang familiar. Ezra menyipitkan matanya berusaha melihat orang itu lebih jelas dan mengingatnya. Dan ketika ia berhasil mengingat siapa orang itu, ia langsung berjalan menghampiri orang itu.

Ezra menangkap ekspresi kebingungan di wajah cewek itu. Ia berdiam dan memperhatikan. Cewek itu terlihat berfikir dengan wajah bingungnya. Lalu ia berbicara pada Ibu Kantin dan Ezra dapat mendengarnya karena jarak mereka yang tak terlalu jauh.

"Bu gak ada nampan yang lebih besar lagi ga? Yang bisa bawa ini sekaligus?"

"Duh, gak ada atuh neng"

Cewek itu menghela nafas. Ia lalu tersenyum pada Ibu kantin.

"Yaudah nanti saya ambil bu, saya anterin ini dulu"

AloneWhere stories live. Discover now