5 - Because of Sema 2

Start from the beginning
                                    

Bukankah ini terlalu nyata jika di katakan mereka seperti sebuah keluarga yang utuh?

Empat susun pancake dengan saus madu dan irisan buah strawberry dalam 3 piring sudah tersusun rapih di meja. Sema sedang menuangkan smoothies yang di buatnya lalu menyimpannya di samping setiap piring. Karena permintaan Haowen, ia duduk di samping kirinya dan Sehun duduk di samping kanannya. Seperti keluarga sempurna.

"Huaah.. Ini pasti lezat" mata Haowen berbinar. Lalu ia membuka telapak tangannya dan bergumam berdoa.

Sehun baru pertama kali melihatnya seperti itu memandang Haowen bingung, tatapannya seperti mengatakan 'apa yg ia lakukan?'

Seolah mengerti, Sema mengelus pundak Sehun tanpa menyentuh badan Haowen.

"Dia sedang berdoa" katanya tanpa suara dan di balas anggukan oleh Sehun.

"Selesai. Selamat makan daddy, selamat makan ahjumma"

Hap. Nyam.

Haowen makan dengan lahap sedangkan dua orang di sampingnya hanya memandangnya.

"Eoh? Kenapa daddy dan ahjumma tidak makan? Daddy harus mencobanya ini sangat enak. Uhuk!"

"Pelan-pelan Haowen. Habiskan dulu makanan di mulutmu baru berbicara" Sema meberikan air minum pada Haowen.

"Mianhe. Gomawo ahjumma" Haowen tersenyum dan memandangi Sema.

"Kenapa malah melihat ahjumma. Ayo habiskan makananmu" Sema mengusak ujung kepala Haowen.

Haowen terkekeh dan melanjutkan makannya.

Sedangkan Sehun hanya diam melihat dengan teliti kejadian yang baru di lihatnya barusan. Pikiran dan hatinya berkecamuk dan jantungnya berdetak cepat.

Setelah makan, Haowen mengajak ke taman belakang rumah Sema. Karena rumah ini berada di atas bukit, pemandangan yang di dapat adalah tumpukan gedung pencakar langit dan tumpukan rumah di sekitarannya.

Haowen bermain sendiri dengan mobil-mobilannya, berlari kesana kesini. Sedangkan Sema dan Sehun hanya duduk di kursi taman.

"Sema-si"

"Jangan terlalu formal. Cukup Sema"

Sehun terkekeh, "baiklah, em.. Sema"

"Ya, tuan Sehun"

"Jangan memanggilku tuan."

Sema terkekeh, "Lalu?" Sema menoleh dan.. Deg. Deg.

"Sehun. Cukup Sehun. Bukankah kita di umur yg sama?"

"A-ah, ne"

"Tidak ada jadwal ke rumah sakit hari ini?"

"Ada.. Hari ini aku praktek jam sore"

"Aku bisa daftarkan Haowen untuk jadi pasienmu?

"Eoh? Memang Haowen sakit?"

"Tidak. Tapi aku selalu memeriksa kesehatannya sebulan sekali. Sudah beberapa dokter anak terbaik yang memeriksanya tapi satupun tidak ada yang berhasil." Sehun terkekeh.

"Kenapa sampai tidak ada satupun yang berhasil?"

"Haowen yang sebelumnya adalah Haowen yang bersifat dingin, tidak ekspresif dan cenderung menutup diri. Tapi sebelumnya Haowen tidak seperti itu. Ntah sejak kapan dia berubah. Tapi aku yakin itu gara-gara aku, aku terlalu sibuk dan sering meninggalkannya di rumah bersama pengasuh. Dia selalu menungguku dan berakhir kecewa karena aku selalu pulang terlambat ketika jam tidur Haowen. Dan mungkin di situ dia mulai berubah"

Sema memandang tidak percaya dengan fakta yang baru ia dengar. Tapi kenapa Haowen yang sekarang bersamanya tidak menunjukan sedikitpun sifat yang Sehun katakan?

"Kau tidak percaya jika Haowen seperti itu?

Sema mengangguk.

"Aku bahkan lebih tidak percaya kalau Haowen bisa berubah seperti sekarang secepat ini. Ini seperti mimpi"

"Apa yang membuatnya berubah seperti.. Sekarang?"

"Kemarin kau sudah mendengar jawabannya langsung dari mulutnya bukan?"

Sema mengerutkan dahinya. Ia mengingat-ingat kejadian kemarin..

"Karena Sema ahjumma"

Sema menoleh pada Sehun. Sehun tersenyum dan.. Deg. Deg.

"Aku?"

"Ya.."

"Tapi aku tidak melakukan apapun.. Aku ha-"

"Haowen tidak mudah dekat dengan orang asing. Bahkan dengan orangtuaku, Joonmyeon hyung, Chanyeol hyung, Jongin dan istri mereka, dia membatasi diri. Bicara dan menjawab seperlunya. Tapi setelah bertemu denganmu.. Aku tidak tahu apa yang Haowen rasakan saat berdekatan denganmu tapi aku.."

Grep. Sehun meraih dan mengenggam tangan Sema.

Deg. Deg.

".. Aku sangat berterimakasih karena telah mengembalikan Haowen. Terimakasih karena telah melindunginya kemarin dan aku minta maaf, dia sudah bergantung padamu"

Sema menegang mendengar perkataan Sehun. Belum sempat dia menetralkan jantungnya, genganggaman Sehun malah menambah detak jantungnya menggila.

"Sema ahju.. Eoh? Kenapa daddy memegang tangan ahjumma?" Haowen tiba-tiba sudah berada di hadapan mereka. Refleks Sehun melepas genggamannya.

"Be-bermainnya sudah?" Tanya Sema mengalihkan pertanyaan Haowen.

Haowen mengangguk, "Haowen ngantuk" sebelah tangannya mengucek matanya.

"Haowen ingin pulang?" Tanya Sehun.

"Andwae.. Haowen ingin tidur di sini" Haowen merentangkan tangannya di hapadan Sema, meminta gendong. Sema tersenyum dan meraih tangan itu. Membawa Haowen dalam dekapannya, menyandarkan kepalanya pada dadanya.

"Gwaencahan Sehun. Haowen mungkin kelelahan. Biarkan dia tidur" Sema tersenyum memberi pengertian pada Sehun. Lagi-lagi Sehun hanya bisa terdiam melihat kedekatan anaknya dan Sema. Apalagi dengan posisi seperti itu, dengan Haowen dalam dekapan Sema. Seperti anak dan ibu. Sungguh Haowen terlihat sangat nyaman.

Kini benar jelas terasa bahwa Haowen membutuhkan sosok seorang ibu dan sepertinya Haowen sudah menunjukan siapa yang ia pilih. Lalu apa tugas Sehun sebagai daddy yang hanya mementingkan kebahagiaan anak semata wayangnya? Tekad.

"Haowen sepertinya sudah nyenyak. Biar aku tidurkan di kamar" kata Sema setengah berbisik.

"Biar aku yang menggendongnya. Dia berat"

"Gwaenchana. Nanti dia bangun" Sema berdiri dan masuk ke dalam rumah meninggalkan Sehun dengan pikirannya sendiri.

"Sebegitu spesialnya kah sampai Haowen bisa senyaman itu? Dan kenapa aku bisa bercerita sepanjang tadi padanya? Aish benar-benar.." Sehun bergumam lalu terkekeh sendiri.

Ia meronggoh hpnya dan menghubungi seseorang.

"Hyung"



TBC

Reason Love (ff Sehun)Where stories live. Discover now