|11. Seseorang Dari Masa Lalu|

736 87 19
                                    

BAB KESEBELAS
~
|Seseorang Dari Masa Lalu|
~

Ingatan bagiku seperti pisau bermata dua. Tergantung caramu menyikapinya, ia bisa membunuhmu, ataupun justru menghidupkanmu.

●•●•●


Kalian tahu keuntungan menjadi tidak terlihat di mata orang? Kalian bisa melakukan apa saja dan tidak terlibat oleh masalah. Yang harus kalian lakukan hanyalah diam dan masalah akan enggan datang. Semua itu ada di benak Magenta selama ini. Lari dari masalah adalah salah satu keahliannya, namun bagaimana jika seorang biang masalah justru menghampirinya?

Langkah kaki Magenta tepat berhenti saat matanya menangkap sepasang sepatu berhenti secara mendadak di hadapannya. Magenta berupaya menghindar, namun baru beberapa langkah ia mencapai lokernya seseorang mencekal lengannya.

"Pelajaran pertama ... lo harus natap gue saat berpapasan." Seseorang yang mencekal tangannya nyengir.

Dahi Magenta berkerut saat mengenali pemuda itu. Salah seorang murid baru yang pernah melemparinya dengan tikus.

Menghela napasnya, ia membuka lokernya. Lalu memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.

Pemuda itu mendengus, merasa diacuhkan. "Dari begitu banyaaakkk perempuan di sini, cuma lo yang nggak pernah liat gue." Pemuda itu berupaya membuat alih mata Magenta terfokus padanya. "Halo, Magenta?" Lanjutnya saat Magenta tidak kunjung menoleh.

"Boleh gue minta nomor lo?" Pemuda itu terus berbicara.

"Hah?"

"Gue ngoleksi nomor satu kelas. Cuma lo yang belum gue punya. Boleh, ya, ya?"

Gadis itu menaikkan sebelah alisnya, menatap ponsel yang pemuda itu sodorkan.

Menghela napas berat, Magenta menutup pintu lokernya dan kembali berjalan. Pemuda tidak dikenal itu menahan kedua bahu Magenta lalu membalikkan tubuh gadis itu agar menghadap ke arahnya. "Kayaknya kita butuh perkenalan dulu ya? Halo Magenta, nama gue Radar." Radar tersenyum lebar sambil menjulurkan tangannya ke arah Magenta.

Magenta mengerutkan dahinya. Tidak meraih uluran tangan Radar.

Radar menggaruk kepalanya frustrasi, lalu menyentil kening Magenta cukup keras. Gadis itu langsung meringis, mengusap-ngusap keningnya.

"Pelajaran kedua, lo harus jabat tangan pas lagi kenalan sama orang." Wajah Radar langsung cemberut. "Lo itu a--" belum sempat Radar menyelesaikan kalimatnya, teriakan seorang guru dari kejauhan membuat Radar segera mengambil ancang-ancang untuk berlari.

"Bocah kurang ajar! Kembalikan ponsel saya!"

"Saya pinjam sebentar, Pak! Ponsel saya mati!" Radar berlari terbirit menghindari Pak Joki yang mendekat ke arahnya sambil membawa sebuah sapu, sedangkan Magenta hanya bisa terdiam, menggaruk kepalanya tidak mengerti. Murid baru itu memang biang onar di sekolah.

●•●•●

Di koridor lain, Valent menyumpalkan telinganya dengan headsetnya. Itu salah satu trik yang ampuh sebagai alasan untuk tidak menggubris sapaan yang mampir sehingga Valent tidak perlu repot-repot untuk menyapa balik. Tiba-tiba saja seseorang menabraknya.

"Maaf! Maaf!" ujar seseorang yang menabraknya. Valent lantas mengerutkan dahinya saat menyadari siapa yang menabraknya. Tenggorokannya terasa kering melihat siapa yang kini tengah berdiri di hadapannya, seseorang yang pernah ia kenal dahulu.

AkustikWhere stories live. Discover now