Bab II - Beginning -

Mulai dari awal
                                    

Aku membeku di tempatku. Sontak semua yang ada di ruangan itu diam dan menatapku. Aku mengigit bibirku. Duh, bego banget sih aku jadi orang.

"So.. Sorry. Aku gak sengaja" kataku tergagap.

"Kamu peserta MOS?" Salah satu cewek memakai seragam putih abu-abu yang bermuka jutek bersuara.

"Iya kak" sahutku sudah bisa menguasai diri. Sekalipun masih deg-degan karena terlambat.

"Astaga! Kamu pikir ini jam berapa, hah?!" Teriaknya membuat suaranya terpantul seantero aula.

"Maaf kak" jawabku sambil menundduk. Ya, itu karena aku salah.

"Maaf, maaf. Enak saja. Kamu pikir ini sekolah milik nenek moyang kamu apa, seenaknya saja datang terlambat!!" Masih dengan teriakkan yang sama, cewek itu pun melanjutkan kata-katanya. Aku hanya diam tak tahu mau mengatakan apa, orang aku udah minta maaf kok.

"Kamu itu,-"

"Sudahlah Adel. Mereka masih harus di arahkan untuk besok. Biar tak ada kesalahan. Biarkan dia duduk dulu" seorang cowok pun memotong perkataan si cewek dengan suara nyaring itu saat dia hendak meneriakiku lagi.

"Hey, kamu. Duduk sana, setelah ini kamu datang di ruangan osis. Mengerti?!" Seru si cowok kakak kelas itu padaku.

"Iya kak." Jawabku kemudian berjalan menuju bangku kosong terdekat.

Aku menghembuskan nafas. Untung saja ada si cowok kakak kelas itu, kalau tidak. Duuh, bisa malu aku kalau harus di hukum di depan teman-teman, kalau di hukum sendiri kan gak masalah.

Aku kembali menatap cowok yang merupakan penyelamat aku itu. Alamak!! Tampan pisaaaaan..

Ya Tuhan, ini mah malaikat jatuh ke bumi. Weleh, weleh.. Wajahnya udah kayak aktor korea mak.. Putih, mancung, tinggi, badannya bagus. Haduh, haduh.. Mimpi apa aku semalam bisa ketemu cowok tampan gini? Udah tampan, jadi dewa penolong aku pula. Hedeh, betah deh di sekolah kalau lihat yang bening-bening kayak gini. Wahahahah.

***

- Rifan -

Aku menatap seorang gadis yang sedang berdiri di hadapanku dengan muka tertunduk dan kelihatan begitu sebal. Keringat masih bercucuran di wajahnya.

Aku jadi tergelak melihat ekspresinya. Mendengarku, dia mendongak dan menatapku dengan tatapannya yang makin sebal. Bagaimana tidak, dia baru saja di kerjain habis-habisan oleh hampir seluruh anggota osis. Aku jadi kasihan juga.

Sekarang, semua sudah aku suruh keluar untuk istirahat dan tinggalah kita berdua. Sebenarnya, aku agak penasaran dengan anak kecil ini. Jangan heran kenapa aku mengatainya anak kecil, soalnya dia begitu pendek dan tubuhnya juga kecil. Belum lagi wajahnya imut dan well, pipinya yang tembem mengemaskan ini.

"Aku mau tanya satu hal sama kamu, kenapa sepanjang arahan di aula tadi kamu menatapku terus, hah?" Tanyaku pada akhirnya setelah kita berdua diam-diaman selama beberapa menit.

Mendengarku, dia membuang muka kesamping dan berwajah yang benar-benar melukiskan bahwa dia sedang berkata, "ahh.. Ketahuan deh". Aku mendengus geli, gadis yang ekspresif.

"Kenapa tidak di jawab, aku sedang bertanya loh!" Seruku.

Wajahnya kemudian menghadap depan, dia mengigit bibirnya. Dari ekspresinya kelihatan begitu ragu mau menjawab atau tidak. Aku jadi penasaran.

"Jika kamu tidak jawab, aku akan panggil anggota osis lainnya biar kamu di urus saja sama mereka sampai mereka puas. Entah itu mereka mau mengerjaimu apa" ancamku sambil tersenyum miring.

"Ja.. Jangan kak. Oke, oke aku akan jawab" sahutnya terbata-bata. Hah! Ampuh juga ancamanku.

"Aku menatap kakak, soalnya kak eh.. Kak emm.. Itu ee.. Kakak, kakak ganteng. Duhhh" jawabnya dengan terbata-bata dan susah payah. Aku mengangkat kening sebelahku saat mendengarnya. Ganteng?

Kurasa aku sudah terbiasa dengan kata-kata itu. Tapi, entah kenapa saat aku mendengar dari seorang gadis polos di depanku, yang bahkan hanya untuk mengucapkan kata "ganteng" saja dia bersusah payah aku jadi sedikit bangga.

Melihatnya seperti ini, aku makin jadi penasaran dengannya. Kalau dijadikan mainan kayaknya asyik nih. Mumpung MOS adalah masa jaya untuk para osis. Let's play!

"Asal kamu tau, menatap orang terus-terusan itu tak sopan. Apalagi aku adalah kakak kelasmu. Bisa-bisanya kamu melakukan hal tidak sopan seperti itu. Jadi, kamu harus dihukum" kataku berusaha tegas dan menahan senyumku.

Wajahnya kini berubah terkejut yang begitu lucu. Matanya melebar, mulutnya melongo. Aku mengigit pipi dalamku berusaha untuk tidak tertawa dan berwajah serius agar dia takut.

"Dihukum lagi kak? Astaga!" Serunya dengan ekspresi yang begitu menyedihkan.

"Iya di hukum. Jadi, besok kamu harus membuatkan aku surat cinta yang berisi puisi romantis dan kata-kata romantis. Jika aku tidak puas dengan suratmu, kamu harus menulis ulang lagi besoknya sampai aku puas." Jelasku. Dia kembali memasang ekspresi terkejutnya. Tapi tiba-tiba wajahnya berubah garang. Aku sukses mengangkat keningku. Marahkah dia?

"Kalau aku tidak mau?" Tantangnya dengan ekspresi garangnya.

"Ya gampang. Aku tinggal meminta pengurus osis yang lainnya yang mengurusmu. Mungkin, bisa semua pengurus osis. Mereka pasti akan sangat marah mendengar kesalahanmu" jawabku dengan senyum licikku. Dia menghembuskan nafas berat dan ekspresi garangnya berubah menjadi ekspresi kesalnya.

"Bagaimana? Surat cinta atau pengurus osis yang lainnya?" Tanyaku lagi.

"Yaudah. Aku akan bikin surat cinta untuk kakak. Yang romantiiisssssss banget. Tenang aja" jawabnya sangat kelihatan sebal bahkan dia menarik koor kata romantis dengan sangat panjang. Lagi-lagi aku menahan tawaku.

"Baguslah kalau begitu, sekarang kamu bisa keluar dan bergabung dengan teman-temanmu di aula. Sampai ketemu besok, ku harap kamu tidak terlambat lagi." Tutupku.

"Iya kak. Permisi" sahutnya dengan ketus dan kemudian keluar dengan menghentak-hentakkan kaki. Normalnya, kalau orang lain memperlakukan aku seperti itu. Berbicara dengan ketus dan berjalan menghentakkan kaki, aku akan emosi. Tapi, yang terjadi padaku sebaliknya jika gadis itu yang melakukannya, aku malah tersenyum.

Saat pintu ruangan di tutup. Aku tertawa terbahak-bahak. Menumpahkan semua tawaku yang tadinya ku tahan.

"Hahahahahaha" aku tertawa dan terus tertawa hingga ruangan osis membahana dengan suara tawaku. Bahkan airmata keluar dari mataku akibat tawaku. Perutku sampai mulas.

Sumpah, gadis itu membuatku bisa sakit perut tiap harinya nih. Lihat ekspresinya saja lucu. Sepertinya aku sudah menemukan obat suntukku di sekolah. Hahaha. Gadis kecil, bernama Kiran. Oh Kiran, kau begitu lucu.

***

Sorry ya kalau updatenya lama, kondisiku sama kok dengan apa yang aku katakan di SiN. Hehehe.

When Sunrise Come takkan sepanjang SiN. Jadi, kita main slowly aja. Hehehe.

Jangan lupa vote dan komentnya ya~

See u next part~

When Sunrise Come - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang