Secepat kilat Rafa mengendarai motornya. Hingga sampai di warung di luar sekolahan, ia pun memarkirkan motornya di sana. Lantas berlari saat sudah mendengar bel masuk berbunyi. Naas, segerombol penegak keamanan menghadangnya di gerbang.
"Kenapa telat?"
"A-anu ... tadi macet."
"Kamu tau ini kota?"
"Tau."
"Tau kan di kota jalannya memang sering macet?"
Dengan kaku Rafa menganggukan kepala. Sungguh baru kali ini dirinya tegang sampai ke ubun-ubun. Bahkan berhadapan dengan preman tak semenegangkan ini.
"Kalau tau kenapa gak berangkat lebih pagi?"
Skakmat, Rafa mendadak bodoh saat dihadapkan dengan 5 manusia titisan iblis di hadapanya. Terdapat 2 Penegak Keamanan Sekolah, 2 OSIS, serta 1 orang Satpam. Namun di antaranya, Rafa hanya kenal satu orang, Austin Hernandez. Ahh, petaka, instingnya mengatakan akan ada kejadian buruk setelah ini.
"Telat 10 menit." Suara itu kembali menusuk telinga Rafa, suara Austin. "Berarti jalan jongkok keliling halaman 5 putaran, lalu bersihin 5 WC laki-laki. Gak ada keringanan," ujar Austin santai dengan posisi kedua tangan di dalam saku.
Andai tuhan mengizinkan, Rafa ingin berkata kasar dan meludah di muka bocah songong itu. Gila-gila saja disuruh jalan jongkok keliling lapangan 5 putaran, mau dibuat lumpuh kakinya!?
"Dalam hitungan ke 5 sudah mulai jalan jongkok, kalau ditunda hukuman ditambah lagi." Austin bersedekap dada, menatap Rafa dengan alis terangkat sebelah, menunggu pergerakan bocah itu.
"Cih!" decih Rafa sebelum melepaskan tasnya dan pergi menjalankan hukuman. Tiap ujung halaman luas itu Rafa susuri dengan jalan jongkok, hingga ototnya berkedut menahan emosi.
Dari kejauhan kelima orang tadi hanya duduk santai di depan pos satpam. Seorang pria dengan tubuh bongsor duduk di sebelah Austin, seragam satpamnya menunjukkan identitas pria paruh baya itu. "Den, apa nggak berlebihan hukuman seperti itu? Nanti kalau dia kenapa-napa kita yang balik dihukum," ujar sang satpam. Yang diangguki juga oleh para petugas keamanan di hari itu.
"Itu urusan saya." Begitu santai Austin berucap, bahkan senyum samar tergambar saat dia melirik pada Rafa yang tengah jalan jongkok penuh penderitaan. Dan ya, ia hanya berniat menguji fisik kutu buku itu. Menyenangkan.
••••
Di dalam kelas, lelaki yang duduk di barisan paling belakang itu tampak memegangi dadanya yang sesak. Rafa menyeka sebutir keringat di dahinya, lantas mencoba menenangkan nyawanya yang seperti mau melayang. Jalan jongkok di halaman seluas samudra dengan 5 kali putaran benar-benar membuat pincang kakinya, ditambah dirinya harus membersihkan WC dengan batasan waktu 10 menit.
Seharusnya Rafa ke UKS terlebih dahulu, akan tetapi iblis yang duduk di sebelahnya langsung menariknya ke ruang BK untuk mendapat surat izin masuk kelas. Rafa pun terpaksa mengikuti pelajaran fisika yang membuat kepalanya hampir meledak.
Sudahlah, sudah 11 tahun dirinya mendengarkan guru mengajar. Sesekali ia ingin menutup telinganya. Segera, Rafa meneguk air mineral yang dibawanya dari rumah. Setelah cukup tenang, ia menundukkan kepala dengan tangan sibuk mencoret-coret buku, pura-pura belajar. Padahal, batinnya tengah disibukkan memikirkan rencana yang akan ia tindaki saat pulang sekolah nantinya.
YOU ARE READING
CATCH SESSION
RandomKeinginannya hanya satu, menangkap pelaku pembunuhan adiknya. Dan ya, ia seorang pendendam, jika seseorang merebut miliknya, maka milik orang itu pun akan ia rebut. Mata dibalas kepala, nyawa dibalas neraka. Tak apalah meski dirinya harus pindah sek...
CATCH-5
Start from the beginning
