"Apa?" Alfie berucap sinis. Lama menunggu reaksi Ken, ia pun menabok kepala bocah itu lantas mengambil tangan Ken dan memaksanya berjabat tangan dengan Rafa.
Sangat kasar, bocah bernama Ken itupun langsung melepaskan jabatan tangan. "Kenneth." Setelahnya ia pun meraih ponselnya dari genggaman Alfie.
Lirikan galak Alfie lemparkan. "Ngeggame aja terus, gak usah sekolah sekalian." Sebagai seorang green flag ia tentu tak suka melihat teman dekatnya kebanyakan main game. Apalagi sampai mengabaikan lingkungan sekitar.
"Hm." Ken menyimpan ponselnya ke saku, lantas bersedekap dada malas sambil menatap lantai.
"Udah udah, jangan gelut, mending ke kantin." Rafa memimpin jalan dengan gentlemen.
"Lo tau tempatnya?" Alfie pun mengikuti dari belakang, bersama Ken tentunya.
Dengan bangga Rafa mengangguk. "Ya jelass lah!" Ia menoleh pada Alfie. "Nggak." Senyum pepsodent ia pamerkan.
••••
"Si Gagak gak berangkat kenapa?"
"Sakit perut."
"Ohh. By the way ... Gan, Lo fine-fine aja gitu duduk di sebelah si culun?" ucapnya, sembari memainkan ujung rambut coklat nan bergelombang.
Tak peduli, gadis yang diajak bicara hanya mengedikan bahu tak acuh. Megan, si wajah dingin yang dalam kelas duduk bersebelahan dengan Rafa.
"Siapa yang masukin bocah alay kek gitu ke kelas kita sih!? Ckk! Ngerusak pemandangan aja!" kesalnya, teman dekat Megan. Gadis bersurai coklat dengan pakaian ketat yang ditempeli nametag bertuliskan Cantika Atania.
"Pakein makeup aja, kan lo hobi dandanin orang." Megan menyaut.
Cantika hanya berdecih, bola matanya ia rotasikan. "Nanti malah alat make up gue rusak, not sudi!"
"Terserah." Malas menghadapi ocehan kawannya yang tak bermutu, Megan memilih melanjutkan makan mienya dengan wajah datar.
Di lain sisi bocah culun yang tengah menjadi bahan gunjingan kini pun sedang menggunjing pula. "Heh Lo tau gak yang namanya Hernandez?" tanya Rafa.
Alfie mengangkat alisnya sebelah. "Kenapa emang?"
"Mukanya jutek bet, gila. Sumpah, gue kan duduk di samping dia, masa kek gak ada niatan senyum atau nyapa dikit gitu. Minimal ngajak ke kantin kek!"
"Pftt!" Alfie menahan tawanya. "Ngarep apa Lo ke kulkas karatan!?" Dia bahkan tak habis fikir dengan sikap cuek Hernandez yang melebihi Kenneth.
"Keras amat suaranya," timpal Ken. "Kalo dia denger bisa digorok leher Lo."
Lihatlah, Ken bahkan masih bisa menyahuti ucapannya. "Jam segini paling dia tidur di Basecamp," sahut Alfie santai.
"Basecamp?" Rafa mengerutkan keningnya. "Di sekolah ada Basecamp?"
"Bukan Basecamp beneran sih, cuma ruang kosong bekas ruang OSIS terdahulu.," sahut Alfie.
Anggukan paham Rafa berikan, ia memotong udang goreng di piringnya lantas menyuapkannya ke dalam mulut. Jadi kepo, batin Rafa. Pantas saja tadi Hernandez mendadak hilang, sepertinya memang pergi ke ruangan itu.
••••
11.00 WIB, pelajar di dalam kelas berlangsung dengan damai.
"Pak, izin ke kamar mandi sebentar." Dengan nada sopan Rafa berucap pada Guru yang tengah menulis soal di papan tulis. Tubuhnya setengah membungkuk.
"Ya? Silakan," jawab sang Guru yang setelahnya lanjut menulis soal.
"Terimakasih, Pak." Rafa segera meninggalkan kelasnya. Di luar sana Rafa mendadak kegirangan. Langkah demi langkah ia lalui untuk mencari ruangan yang penuh misteri itu.
"Tadi si manusia kutub kan berhenti di sini, terus tiba-tiba ngilang." Rafa berdiri di tempat bekas menghilangnya Hernandez yang ia ikuti pagi tadi. Ia pun menoleh ke sana ke mari mencari jalan yang kemungkinan Hernandez lewati saat lelaki itu menghilang.
Rafa mengambil beberapa langkah ke depan, ia terus melihat kanan kirinya. "Lewat sini kali yah?" Di sebelah kiri jalan, nampak tangga yang entah menuju ke mana. Tanpa ba bi bu Rafa pergi menaiki tangga tersebut.
Belasan anak tangga tangga Rafa lewati, hingga ia sampai di 2 ruang berjajar yang menghadap ke hamparan kebun di samping sekolahan. Kedua ruangan tersebut berada di sebelah kanan tangga. Di atas pintu terpasang besi rusak yang biasa digunakan untuk menggantung papan nama ruangan.
"Fix, bekas ruangan OSIS pasti nih!"
Tanpa ba bi bu, Rafa melangkah menuju ruangan yang di sebelah kanan tangga. Tangannya terulur menggenggam gagang pintu, perlahan gagang itu pun ia putar hingga terdengar bunyi 'klek!' kala pintu terdorong.
Tak sesuai prediksi. 2 orang masih berada di dalam ruangan itu, dengan 1 orang berkepala plontos tengah berdiri di samping pintu. "Hayo loh, mau ke mana!?" Sosok itu berucap.
"Sialan!" Rafa pun langsung menutup wajahnya dan berlari kabur menuruni tangga, dari cerita yang Alfie bicarakan, mereka bukanlah orang baik-baik yang bisa diajak kompromi. Oleh sebab itu, lebih baik dirinya kabur secepat mungkin.
"WOYY! JANGAN LARI LO!!" Orang tersebut ikut lari mengejar Rafa.
~To Be Continued~
🌟 Jangan lupa VOTEE 🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
CATCH SESSION
AcakKeinginannya hanya satu, menangkap pelaku pembunuhan adiknya. Dan ya, ia seorang pendendam, jika seseorang merebut miliknya, maka milik orang itu pun akan ia rebut. Mata dibalas kepala, nyawa dibalas neraka. Tak apalah meski dirinya harus pindah sek...
CATCH-1
Mulai dari awal
