Di suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan.
Namun, kee...
Meninggalkan kamar itu dalam keheningan yang jauh lebih dingin daripada sebelumnya.
...
Langkah Marsha memburu di sepanjang trotoar, napasnya memburu lebih cepat dari detak jantungnya. Matanya sembab, rambutnya berantakan, dan bajunya masih kusut, tapi dia tak peduli.
Yang ada dalam pikirannya hanya satu: Andra.
Hanya nama itu yang bergaung, menggantikan rasa malu, takut, dan getir yang menyesakkan dadanya sejak tadi.
Dan akhirnya—kafe itu tampak.
Langkahnya tak melambat. Bahkan semakin cepat.
CLING!!
Pintu kafe terdorong kuat, hingga bel di atasnya berdenting nyaring, seperti ikut berteriak bersama degup jantungnya.
Di dalam, suasana sepi. Hanya ada suara denting pintu dan isakan kecil.
Andra duduk di salah satu kursi dekat dinding, tubuhnya membungkuk, wajahnya tenggelam di antara dua tangan yang menutupinya.
Kathrin duduk di sebelahnya, mengusap pelan punggungnya dengan tatapan sedih. Matanya ikut basah, tapi ia menahan tangis sekuat mungkin.
Andra menoleh begitu mendengar suara pintu. Matanya sembab, kelopak merah, tapi tetap mengenali sosok yang berdiri di ambang pintu.
“Sha...” bisiknya lirih.
“SAYANG!!”
Marsha melompat ke arahnya, tubuhnya melesat seperti terbang.
Srugh!
Tubuhnya menabrak Andra dengan pelukan yang dalam. Ia mencengkeram erat tubuh kekasihnya, seperti takut lelaki itu akan lenyap jika dilepas.
Tangisnya pecah di bahu Andra. Tubuhnya bergetar, suaranya pecah.
Andra sempat terdiam sejenak, lalu perlahan tangannya terangkat. Ia memeluk balik Marsha, erat… sama gemetarnya. Ada sakit. Ada lega. Ada cinta yang tak tahu harus bagaimana lagi.
“Hey… Look at me.”
Marsha mendongak perlahan. Wajahnya basah, matanya merah dan hidungnya merah. Tapi sorot matanya penuh harap, penuh takut, dan penuh sesal.
Andra tersenyum tipis, walau air matanya menetes jatuh dari sudut mata. Ia usap pipi Marsha dengan ibu jarinya, lembut seperti biasa.
“I won’t leave you. Aku nggak kemana-mana.”
Suara itu goyah, tapi tulus.
“Tapi kamu juga harus janji… jangan gini lagi, ya?”
Marsha mengangguk, cepat dan penuh penyesalan.
“I won’t… I promise… I swear... aku janji...”
Kepalanya ia sandarkan lagi ke dada Andra, dan pelukan itu kembali menjadi rumah.
Sunyi. Tapi bukan lagi karena kesedihan. Melainkan karena setiap orang di ruangan itu sedang mencoba menyerap hangatnya momen yang begitu rapuh, namun mengharukan.
Beberapa detik kemudian, pintu kembali berbunyi.
Cling.
Flora dan Bagas akhirnya sampai.
Mereka berdiri di ambang pintu, terengah seperti baru lari marathon. Tapi begitu melihat pemandangan di depan mereka—Andra dan Marsha yang saling memeluk erat di bawah lampu temaram kafe—keduanya langsung terdiam.
Flora menghela napas lega, lalu menyender pelan ke pundak Bagas. Wajahnya masih tegang, tapi matanya melembut.
Bahkan Kathrin, yang sedari tadi menahan tangis di kursi samping Andra, akhirnya tak sanggup lagi. Ia menutup mulut dengan kedua tangan, menahan isakan sambil menoleh ke arah Flora, wajahnya manyun seperti anak kecil yang melihat ending film sedih.
Bagas menghela napas panjang. Lalu, dengan satu tangan, ia merangkul bahu Flora.
“Good job, Flo.”
Flora menghela napas pendek, mendesah seperti menahan tangis yang tak ingin ia lepaskan.
“Hmph. Gue masih pengen gampar dia sebenernya…” gumamnya, tapi suaranya bergetar.
Bagas hanya tersenyum simpul.
Pelukan itu masih berlanjut.
Dan di balik luka, kecewa, dan air mata, ada satu hal yang jelas—
Mereka belum selesai. Tapi mereka belum menyerah. Dan mungkin, itu lebih dari cukup untuk malam ini.
Di tengah segala kebodohan dan kehancuran, cinta kadang tetap bertahan. Bukan karena layak, tapi karena hati memilih untuk tidak pergi.
Bersambung
.
.
.
.
.
AUTHOR'S NOTE
Huhuhu... udah ya... jangan ngambek lagi. Mana tega aku bikin bad ending guys ╥﹏╥
Ayo ramaikan kolong komentar dengan #floramvp #fucekfrombagas #kathtrincengeng
.
.
.
.
.
OOT SECTION
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jujur udah gatel banget nih wkwkwk (iya ini universe baru)
Oh btw...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.