Udara malam terasa sedikit lebih dingin dari biasanya. Langit gelap tanpa bintang, hanya diterangi lampu jalan yang temaram. Andra berjalan santai di atas jembatan penyeberangan, seperti rutinitasnya setiap malam sepulang kerja. Langkahnya tenang, tapi pikirannya melayang ke satu hal—atau lebih tepatnya, satu orang.
Matanya otomatis menyapu sudut-sudut jembatan yang biasanya ramai oleh mereka yang mencari nafkah dengan cara yang tak semua orang pahami. Tapi malam ini, seperti kemarin, dia tak menemukan sosok itu.
"Dia nggak cari pelanggan lagi, ya..." gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Langkahnya melambat, alisnya sedikit berkerut.
Baru ia sadari, seharian ini ia sama sekali tak melihat Marsha. Bukan hanya di sini, tapi di mana pun.
"Eh, bentar..."
PLAK!
Andra tiba-tiba menampar pipinya sendiri, cukup keras hingga terasa perih.
"Apaan sih? Kenapa juga kepikiran dia? Gila apa?" omelnya pada dirinya sendiri.
Merasa pikirannya mulai aneh, ia langsung mempercepat langkahnya, berusaha mengabaikan perasaan yang bahkan tak bisa ia jelaskan sendiri.
...
Pagi itu, Andra melangkah santai menuju minimarket. Udara masih sejuk, jalanan belum terlalu ramai. Ini waktunya buat nyetok kebutuhan di kosan—ritual bulanan yang sebenarnya membosankan, tapi mau gimana lagi?
Masuk ke dalam, ia langsung mengambil keranjang belanja dan mulai memutari rak-rak yang penuh barang kebutuhan sehari-hari. Beberapa bungkus mi instan sudah masuk ke dalam, klasik. Ia lalu bergerak menuju rak perlengkapan mandi, matanya mencari sabun muka yang biasa dipakai.
Namun, sebelum sempat menemukan produknya, perhatian Andra justru tertarik pada seseorang di rak sebelah. Sosok gadis dengan hoodie kebesaran, tudungnya menutupi sebagian wajah, dan kacamata frame kotak yang sepertinya kebesaran juga.
Ia mengernyit. Wajah itu memang agak tertutup, tapi tetap saja...
"...Marsha?" panggilnya ragu.
Gadis itu menoleh, ekspresinya sempat kaget sebelum berubah menjadi senyum usil. "Loh, Kak Andra?" Ia langsung melangkah mendekat, berdiri tepat di sebelahnya. "Belanja, Kak?"
"Iya, biasalah, nyetok," jawab Andra santai.
Marsha mengangguk kecil, lalu mengangkat sesuatu dari tangannya. Sebungkus pembalut. "Kalau gue beli ini," katanya tanpa malu-malu.
Andra mengangguk paham. "Oh... pantes semalem nggak cari pelanggan."
Marsha malah terkekeh, matanya berkilat nakal. "Pelanggan gue kan lo doang, Kak. Sabar ya, semingguan ini kakak nggak bisa order~" katanya menggoda.
Andra mendengus, malas menanggapi. "Siapa juga yang mau order?"
Marsha tersenyum miring, semakin mendekat hingga tubuhnya hampir bersentuhan dengan Andra. Suaranya merendah, menggoda. "Alaah, jujur aja. Lo pasti kangen sama sensasi badan gue, kan, Kak?"
Andra menoleh dengan tatapan datar. "Marsha—"
"Hangatnya..." Marsha menempelkan lengannya ke lengan Andra. "Lembutnya..." Jarinya menyentuh bahu pria itu. Ia menatap Andra lebih dalam, menyipitkan mata dengan senyum penuh arti. "Beceknya..." bisiknya menggoda.
JE LEEST
No Strings Attached? [End]
FanfictieDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)