Siang itu, suasana perpustakaan kampus begitu tenang. Cahaya matahari yang menembus kaca jendela besar membuat ruangan terasa lebih hangat, kontras dengan udara sejuk dari pendingin ruangan.
Andra duduk santai di salah satu meja dekat rak buku, tenggelam dalam bacaan sambil menikmati musik dari headphone-nya. Sesekali, ia membalik halaman dengan santai, menikmati ketenangan yang jarang ia dapatkan di tengah kesibukan kuliah dan kerja.
Namun, momen damai itu tiba-tiba terusik.
Sepasang tangan melingkari lehernya dari belakang, membuatnya refleks menegang sebelum suara ceria yang sangat familiar terdengar di telinganya.
"Kakaak~"
Andra mendesah panjang sebelum melepas headphone-nya. "Kenapa lagi, Sha?" tanyanya malas.
Marsha terkekeh, lalu dengan santai menjatuhkan diri di kursi kosong di sampingnya. Tanpa banyak basa-basi, gadis itu mengeluarkan laptop Andra dari tasnya dan meletakkannya di atas meja.
"Makasih ya, Kak."
Andra melirik laptopnya sekilas. "Udah tugasnya?"
"Udah."
Andra mengangguk, tangannya meraih botol air di sampingnya. "Laptop lo udah gue bawa ke tempat servis. Ditunggu aja hasilnya."
Mata Marsha berbinar penuh kegirangan. "Waaah! Makasih, Kak!" serunya, lalu tanpa aba-aba, ia langsung mendekat, wajahnya semakin merapat ke Andra dengan bibir mengerucut—jelas berniat mencium lelaki itu.
Namun sebelum bibirnya mendarat, Andra buru-buru menahan kepalanya dengan satu tangan, tepat di bibirnya.
"Stop!"
Marsha mengerjapkan mata, lalu menggerutu sambil menggerak-gerakkan wajahnya yang masih tertahan. "Iihh, kenapa sih?"
Andra mendesah pelan. "Jangan di sini, kocak. Ntar diliatin orang."
Marsha mendengus, menyingkirkan tangan Andra dari wajahnya. "Yaudah deh, nanti aja."
Gadis itu bersandar di kursinya dengan ekspresi puas, lalu tiba-tiba melemparkan kalimat yang sukses membuat Andra tersedak kopi.
"Gue nginep di kosan lo lagi. Siap-siap ya, gue maunya malam ini lima ronde!"
Andra spontan menoleh dengan mata membelalak. "Hah?!"
Namun Marsha hanya terkekeh puas, berdiri dari kursinya lalu melenggang pergi tanpa menunggu jawaban.
Andra masih terdiam di tempatnya, mulutnya sedikit terbuka seakan ingin protes, tapi tidak menemukan kata-kata yang pas. Akhirnya, ia hanya bisa menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh dengan perasaan campur aduk.
"Lima ronde?" gumamnya pelan. "Gila apa? Yang ada gue pingsan duluan..."
Andra menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya sebelum akhirnya membuka laptopnya. Ia berencana menyelesaikan tugasnya yang sempat tertunda—sampai sesuatu menarik perhatiannya.
Di dalam laptopnya, ada sebuah folder asing yang sebelumnya tak ada.
Alisnya berkerut. "Apaan nih? Hadiah?"
Rasa penasaran mendorongnya untuk mengklik folder tersebut. Begitu jendela baru terbuka, matanya langsung membelalak.
Puluhan foto tidak senonoh Marsha terpampang di layar. Berbagai pose, berbagai ekspresi—semuanya begitu eksplisit hingga otaknya butuh waktu untuk memproses apa yang baru saja ia lihat.
PLEK!
Tanpa pikir panjang, Andra buru-buru menutup laptopnya. Napasnya sedikit tersengal saat ia dengan panik melirik ke sekeliling, memastikan tak ada satu pun orang yang melihat layarnya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Strings Attached? [End]
FanfictionDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)