Malam itu, aroma kopi yang baru diseduh memenuhi udara kafe, bercampur dengan suara dentingan gelas dan percakapan pelanggan yang sibuk dengan urusan masing-masing. Andra berdiri di balik counter, tangannya lincah menyeduh kopi pesanan pelanggan, tetapi pikirannya melayang ke tempat lain. Ia menatap kosong ke arah uap yang mengepul dari cangkir di tangannya, sebelum akhirnya mendesah pelan.
Pikirannya terus bergelayut pada satu hal yang sejak tadi mengganggunya. Pada akhirnya, ia tak bisa menahan diri lagi.
"Bang," panggilnya sambil melirik ke arah Bagas yang sedang menghitung uang di kasir.
"Hmm?" sahut Bagas tanpa mengalihkan pandangan dari tumpukan uang di depannya.
"Gue mau nanya sesuatu," lanjut Andra, suaranya sedikit ragu.
"Nanya apaan?" Bagas masih sibuk dengan hitungannya.
"Kira-kira… kafe ini masih bisa nerima satu member crew lagi nggak, Bang?"
Pertanyaan itu akhirnya membuat Bagas menghentikan aktivitasnya. Ia mengangkat kepala, menatap Andra dengan alis terangkat.
"Kenapa emangnya?" tanyanya penasaran.
Andra menggaruk belakang kepalanya, tampak sedikit canggung. "Eemm… gue ada kenalan, Bang. Dia butuh kerjaan buat cari duit..."
Sebelum Bagas sempat merespons, suara lain ikut menyahut.
"Siapa, Kak?" Kathrin, baru saja kembali setelah mengantarkan pesanan dan langsung memasuki percakapan.
"Adek tingkat gue di kampus," jawab Andra singkat.
Bagas mengangguk pelan, lalu tersenyum kecil. "Flora, sini bentar," panggilnya ke arah dapur.
Tak butuh waktu lama, gadis dengan celemek penuh tepung keluar dari dapur. "Kenapa, Bang?" tanya Flora sambil mengelap tangannya ke lap kain di pinggangnya.
"Kalau misal ada member baru yang bantuin lo di dapur, lo mau nggak?" tanya Bagas langsung.
Mata Flora langsung berbinar, ekspresinya penuh harapan. "Lah ya mau banget lah, Bang! Capek gue ngurus dapur sendiri."
Bagas tertawa kecil, lalu kembali menatap Andra. "Tuh, denger sendiri. Besok lo bawa aja orangnya ke sini, kita lihat kemampuannya dulu."
Andra hampir tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya. "Hah, serius Bang?"
"Iye," Bagas mengangguk santai. "Ntar biar gue yang ngomong sama bos."
"Thanks banget, Bang!" Andra langsung mengguncang bahu Bagas dengan penuh semangat.
"WOI! Biasa aja, anjir!" gerutu Bagas sambil berusaha melepaskan diri dari genggaman Andra.
Namun sebelum percakapan mereka berakhir, Flora menatap Andra dengan mata menyipit curiga. "Jangan-jangan… cewek lo ya, Ndra?" tanyanya sambil menyeringai.
"Bukan!" sahut Andra cepat.
Kathrin yang berdiri di dekat mereka tiba-tiba ikut mendekat, memasang ekspresi pura-pura kecewa. "Yah… kalau Kak Andra punya pacar, gue jadi nggak bisa nempel Kak Andra dong..." godanya dengan nada genit.
Andra mendengus frustasi. "Apaan sih?! Dibilang bukan pacar gue!"
Bagas hanya bisa menggeleng sambil tertawa melihat interaksi mereka. "Udah, udah. Balik kerja semua," tegurnya akhirnya.
"Siap, Baang~" serentak mereka menjawab sambil kembali ke tugas masing-masing, meninggalkan Andra yang masih sedikit kesal dengan godaan barusan. Namun, di balik semua itu, ada sedikit kelegaan di hatinya—ia telah mengambil langkah kecil untuk seseorang yang mulai berarti baginya.
ESTÁS LEYENDO
No Strings Attached? [End]
FanfictionDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)