Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai, menciptakan semburat keemasan yang menyorot ke dalam kamar. Udara masih terasa hangat, bercampur dengan aroma tubuh yang saling melekat semalaman.
Andra perlahan membuka matanya, merasakan kehangatan lembut yang menyelimutinya. Di sampingnya, Marsha masih tertidur nyenyak, wajahnya terbenam di dada Andra, napasnya teratur dan tenang. Rambut panjangnya sedikit berantakan, beberapa helai jatuh menutupi pipinya yang kemerahan.
Andra tersenyum kecil. Tangannya dengan refleks mengusap punggung telanjang gadis itu, mengikuti lekukan tubuhnya dengan lembut. Kulitnya masih terasa hangat, jejak dari malam yang penuh gairah masih terasa di sana.
"Hnnngh..." Marsha bergeliat pelan, merapatkan tubuhnya lebih dekat ke Andra, bibirnya sedikit mengerucut seolah tengah bermimpi indah.
Andra terkekeh pelan, jemarinya menyelip ke dalam helaian rambut Marsha, membelainya dengan lembut. "Bangun, sayang..."
Marsha hanya menggumam malas, menggelung tubuhnya lebih dalam ke dekapan Andra. "Nggak mau... Masih ngantuk..."
"Kita nggak bisa selamanya di sini, nanti yang lain nyariin."
Marsha mengangkat wajahnya sedikit, matanya yang masih mengantuk menatap Andra dengan ekspresi malas. "Biarin aja... Mereka juga udah tahu kita semalam ngapain..." gumamnya dengan nada manja.
Andra mendesah, merasa geli dengan sikap kekasihnya yang semakin manja setelah malam itu. "Kalo mereka nyariin, bisa-bisa mereka nekat dobrak pintu, terus lihat kita masih begini."
Marsha mengerjapkan mata, lalu mendengus pelan. "Yah... kalau gitu, kita harus buru-buru pakai baju deh. Tapi..." Jemarinya yang mungil tiba-tiba merayap di dada Andra, melingkar santai di sana. "Sebelum itu, boleh manja sebentar lagi, nggak?"
Andra hanya bisa tersenyum pasrah. Ia menarik Marsha lebih dekat, mengecup puncak kepalanya, lalu berbisik, "Sebentar aja, ya..."
Marsha tersenyum puas, kembali menyelipkan wajahnya di leher Andra. Keduanya kembali larut dalam kehangatan pagi, menikmati momen tenang sebelum dunia di luar kembali menuntut perhatian mereka.
...
Pagi di vila itu seharusnya damai—setidaknya sebelum trio penghuni yang tersisa harus menghadapi skenario yang tak pernah mereka bayangkan.
Di ruang utama, Flora, Kathrin, dan Bagas menikmati sarapan sambil menonton TV. Piring mereka dipenuhi sisa-sisa pesta semalam, dan suasana masih terasa lesu.
"Bang, ayamnya lo makan nggak?" tanya Kathrin, matanya tajam mengunci paha ayam di piring Bagas.
Bagas yang baru saja menyendok nasi mendengus, menatap gadis itu malas. "Yaiyalah, masa gue makan nasi doang?"
"Jangan serakah tin, makan sesuai porsi," seloroh Flora, mengunyah roti panggang dengan santai.
"Huuu… pelit," gerutu Kathrin, menjulurkan lidah sebelum menyendok telur orak-arik dengan kasar.
Namun, baru saja mereka akan kembali menikmati sarapan, suara tawa renyah seorang gadis terdengar dari arah tangga.
Mereka bertiga spontan menoleh—dan langsung terpaku melihat pemandangan yang menyapa mereka.
Andra menuruni tangga dengan santai... menggendong Marsha di lengannya.
Marsha tersenyum manja, melingkarkan tangan di leher Andra dengan ekspresi puas yang terlalu mencolok. Rambutnya berantakan, dan kaus kebesaran yang ia pakai tampak jatuh miring di bahunya, memperlihatkan kulitnya yang masih meninggalkan jejak kemesraan semalam.
CZYTASZ
No Strings Attached? [End]
FanfictionDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)