12

2.6K 168 3
                                        

Pagi itu, Andra terbangun dengan perasaan yang aneh. Matanya terbuka perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya yang menerobos melalui celah jendela. Namun, yang pertama kali menyapanya bukanlah kehangatan seperti biasanya—melainkan kehampaan.

Tempat tidur terasa lebih luas, lebih dingin dari yang seharusnya. Tidak ada tubuh mungil yang melingkari pinggangnya, tidak ada desahan manja yang menggelitik telinganya. Tidak ada jemari lembut yang mengacak rambutnya, tidak ada kecupan pagi yang biasanya menjadi awal dari harinya.

Andra menatap langit-langit dengan tatapan kosong, seakan mencari sesuatu di sana. Tapi yang ada hanya bayangan samar-samar dalam pikirannya—Marsha, dengan senyum usilnya, dengan suara manjanya, dengan kehangatan yang kini terasa begitu jauh.

Tangannya terangkat, meraba kasur di sampingnya. Kosong.

Ia mendesah pelan, lalu menutup matanya kembali. Dia lagi ngapain ya sekarang?

...

Andra baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah, tetesan air sesekali jatuh ke bahunya. Dengan handuk yang disampirkan di leher, ia mengeringkan rambutnya perlahan.

Centung!

Bunyi notifikasi dari ponselnya memecah kesunyian kamar. Andra melirik sekilas, meraih perangkat itu dengan satu tangan, dan melihat nama pengirimnya. Marsha.

Andra menatap layar, bibirnya tanpa sadar membentuk senyuman tipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andra menatap layar, bibirnya tanpa sadar membentuk senyuman tipis. Jarinya melayang di atas keyboard, hendak mengetik sesuatu, namun urung. Alih-alih membalas, ia malah meletakkan ponselnya di meja dan kembali fokus mengeringkan rambutnya.

Namun tak sampai semenit—

Drrt drtt

Ponselnya bergetar, panggilan masuk dari Marsha.

Andra mendesah sebelum akhirnya menekan tombol jawab.

"Ken—"

"Kok di-read doang!" seru suara di seberang.

Andra mengernyit. Ya Tuhan, ini cewek kenapa sih?

"Kenapa sih?"

"Bales kek, puji cantik gitu!"

Andra mendongak ke langit-langit, setengah frustasi.

"Males amat."

"Puji gue cantik! Sekarang!"

Andra menghela napas panjang. Sejujurnya, tidak sulit untuk mengiyakan. Marsha memang cantik, tapi gengsinya membuatnya enggan mengatakannya secara langsung.

No Strings Attached? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang