"AWH! Sakit kak!" jerit Kathrin, memegangi pipinya yang memerah.
"LU YANG CABUL!" geram Flora, masih mendelik.
Bagas melepas salah satu earphone-nya dan berteriak datar, "Heh! Jangan berisik! Itu bocah tugasnya belum selesai!"
Kekacauan kecil pun kembali membubung di udara.
Dan di tengah kehebohan itu, Andra dan Marsha masih tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Tangan Andra kini sibuk membentuk adonan di depan Marsha, tubuh mereka masih menempel rapat, sesekali mencuri kecupan manis di antara tepung dan ragi yang berserakan.
Dapur bau roti dan penuh tepung, tapi suasananya hangat, penuh tawa dan sedikit bumbu mesra.
Dan malam itu, meski hanya malam biasa di sebuah kafe kecil... terasa seperti kisah yang ingin mereka ulangi lagi dan lagi.
.
.
.
Waktu sudah mendekati tengah malam. Di luar, jalanan kota lengang, hanya lampu-lampu jalan yang setia menemani kesunyian. Di dalam kafe, lampu-lampu mulai diredam, menyisakan suasana hangat kekuningan yang membuat siapa pun betah berlama-lama.
Para kru—kelima pemuda itu—tengah sibuk menutup hari.
Kathrin menyapu lantai dengan gerakan malas tapi tetap rajin—kombinasi aneh yang khas. Flora sibuk mengelap meja, sesekali meniup poni yang mengganggu pandangannya.
Marsha menyusun ulang toples-toples biji kopi ke dalam laci penyimpanan. Di sisi bar, Andra membersihkan penggiling kopi dengan sikat kecil.
Dan seperti biasa, Bagas duduk tenang di belakang kasir, menghitung uang harian sambil bersenandung pelan mengikuti lagu city pop yang diputar dari speaker dapur.
"Hhh... akhirnya closing juga." gumam Flora sambil mengelap meja terakhirnya.
Di tengah kesibukan itu, suara Andra terdengar pelan namun jelas. "Sha,"
"Hmm?" Marsha menoleh dari laci, tangannya masih memegang toples biji kopi arabika.
Andra menyeka tangannya dari sisa bubuk kopi, lalu menatap Marsha sambil menyunggingkan senyum kecil.
"Habis ini... nginep kosku lagi, kan?"
Senyum Marsha langsung mengembang. Ia meletakkan toplesnya ke dalam laci, lalu melangkah mendekat dan merangkul lengan kekasihnya dengan manja.
"Pasti dong~" bisiknya lembut, matanya berbinar.
Bagas yang mendengar percakapan itu hanya menyeringai nakal dari balik meja kasir.
"Tebak kegiatan..." ucapnya, seperti host acara kuis murahan.
"Ngewe." sahut Flora datar.
"Ngentot." timpal Kathrin tanpa jeda, bahkan tanpa menoleh dari lantai yang ia sapu.
Bagas langsung mengayun dua lembar uang seratus ribu di udara. "Betooool! Seratus ribuuu buat kalian!"
"Horeeee!!" seru Flora dan Kathrin bersamaan, menghampiri kasir dengan langkah seperti orang menang undian.
"BECANDA!" Bagas langsung menyembunyikan uang itu ke balik laci kasir. "Ini bukan duit gue!"
"HUUUUUU!! PELIT!!" protes dua gadis itu bersamaan.
Andra dan Marsha hanya bisa tertawa geli melihat kekonyolan mereka.
Namun tawa itu terpotong tiba-tiba—
Drrt... drrt...
YOU ARE READING
No Strings Attached? [End]
FanfictionDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)