Andra bisa merasakan setiap lekuk tubuh gadis itu menempel padanya—panas, lembut, menggoda dengan cara yang hampir membuatnya gila.
Tangan Andra bergerak naik, menyusuri punggung Marsha, lalu dengan satu gerakan, ia menarik kaus gadis itu ke atas, memisahkan ciuman mereka sesaat untuk menyingkirkan kain itu dari tubuhnya.
Kaus itu melayang ke lantai.
Disusul kaus Andra yang ikut terlepas.
Begitu kulit mereka bersentuhan, gelombang panas langsung menjalar ke seluruh tubuh mereka.
Andra menatap gadis di hadapannya—Marsha, yang kini setengah telanjang di pangkuannya, napasnya tersengal, matanya berkabut, bibirnya merah dan basah akibat ciuman mereka.
Sebuah pemandangan yang begitu nyata… dan begitu memabukkan.
“Marsha…” suara Andra berat, serak, penuh hasrat yang hampir tak terkendali.
Gadis itu mengangkat wajah, menatapnya, lalu tersenyum kecil.
“Lagi, sayang…” bisiknya dengan suara manja, “Aku… punya kamu.”
…
Brugh!
Tubuh Marsha jatuh ke ranjang, punggungnya menekan sprei sementara Andra langsung menindihnya. Napas mereka masih memburu, belum sepenuhnya stabil setelah ciuman yang begitu dalam dan rakus tadi.
Kulit mereka yang telanjang bersentuhan tanpa penghalang, mengirimkan sensasi panas yang menjalar di setiap saraf. Marsha setengah terbaring, kedua tangannya bertumpu di kasur, dada penuhnya naik-turun dengan cepat, putingnya sudah mengeras karena gairah yang menggila.
Andra menatap gadis di bawahnya dengan intens. Marsha begitu cantik, wajahnya memerah, bibirnya basah karena ciuman mereka sebelumnya, dan mata berkabutnya memancarkan keinginan yang tak perlu diucapkan.
“Sayang…” suara Marsha nyaris hanya napas, tapi tetap terdengar manja dan penuh godaan.
Andra tersenyum miring sebelum akhirnya menunduk, menyambar leher jenjang gadis itu. Bibirnya mengecap kulit sensitif di sana, meninggalkan jejak basah yang membakar setiap inci yang disentuhnya.
“Ahhhn… sayangh…” Marsha melengkungkan punggungnya saat merasakan bibir pria itu bergerak turun, melewati tulang selangkanya, lalu semakin ke bawah…
Tanpa peringatan, Andra langsung melahap salah satu puting Marsha ke dalam mulutnya.
“Aahhhn~!!”
Tubuh Marsha melenting, punggungnya melengkung dalam saat sensasi hisapan itu langsung menembus kepalanya. Tangannya mencengkeram rambut Andra erat, jari-jarinya menarik helai hitam itu tanpa sadar.
Bibir Andra bekerja tanpa ampun, bergantian mencumbu dan menghisap puncak lembut itu, membuatnya semakin keras dan peka. Sementara itu, tangan besarnya menguliti payudara satunya, meremasnya perlahan, membuat Marsha benar-benar terperangkap dalam lautan sensasi.
“Sayangh… haaahh…!” desahnya putus-putus, tubuhnya menggeliat di bawah pria itu.
Andra tidak memberi kesempatan bagi Marsha untuk bernapas. Bibirnya terus bermain, bergantian menggigit, menjilat, dan menghisap puncak payudara gadis itu, menciptakan sensasi geli yang merambat ke seluruh sarafnya.
YOU ARE READING
No Strings Attached? [End]
FanfictionDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)