Dan yang paling berbahaya—bagian basah itu.
Bukti nyata betapa jauh mereka tadi hampir melangkah.
Marsha menatapnya dengan bibir mengerucut, matanya yang sedikit berkaca-kaca justru semakin menggoda.
"Gue belum crot," keluhnya, suara manja bercampur napas yang masih tersendat. "Dikit lagi..."
Andra memejamkan mata sejenak. Lalu menghembuskan napas panjang.
Jangan tergoda.
Jangan tergoda.
Tapi itu sulit, apalagi dengan Marsha yang kini malah berguling ke samping, tubuhnya terentang santai, satu kakinya menggantung di tepi ranjang sementara yang lain ditekuk.
Celana dalamnya yang masih melorot, menampilkan lebih banyak dari yang seharusnya.
Dan dia melakukannya sambil merengek.
"Iiiih, padahal udah satu tarikan napas lagi tuh..." lirihnya, dengan nada menggoda yang mematikan.
Astaga.
Andra merapatkan rahangnya, mengepalkan tangan.
Godaan macam apa ini?
Dia harus segera keluar.
Tanpa menjawab, ia langsung meraih hoodie yang tergantung di kursi dan berjalan ke pintu. "Turun dulu. Gue duluan."
"KA-KAK—!"
Brak!
Pintu tertutup keras.
Meninggalkan Marsha yang mendengus kesal di atas ranjang.
"Huft... dasar nggak bertanggung jawab..." gumamnya, lalu menggerutu sambil menunduk melihat celana dalamnya yang masih melorot.
Dengan malas, ia menarik kembali kain tipis itu ke tempatnya, merasa sedikit gemas sendiri.
Seharusnya dia tidak membiarkan Andra pergi begitu saja.
Seharusnya dia menarik pria itu kembali ke ranjang.
Tapi sudahlah.
Untuk sekarang...
Marsha menghela napas, lalu mulai meraba-raba kasur.
"...Lah, tadi bh gue taro mana?"
...
Malam semakin larut. Lampu-lampu vila meredup, menciptakan atmosfer yang lebih intim. Aroma alkohol bercampur dengan udara malam yang mulai menghangat, membawa sensasi samar yang menggoda.
Di ruang tengah, lima pemuda duduk melingkar, ditemani sebotol minuman yang siap memulai kekacauan.
"Truth or Dare," suara Bagas menggema di antara mereka, disambut dengan tatapan penuh antisipasi.
Sebuah permainan klasik. Sederhana, tapi selalu punya cara untuk mengguncang kewarasan.
Kathrin mengambil botol kosong dan memutarnya di tengah lingkaran. Semua mata mengikuti pergerakannya dengan tegang. Hingga akhirnya, botol itu berhenti.
Sasarannya: Flora.
"Kak Flora!" seru Kathrin, matanya berkilat penuh semangat. "Truth or Dare?"
Flora menghela napas, sadar betul ini bisa jadi perangkap. "Truth."
"CUPU!" seru Marsha dan Kathrin serempak.
Flora mendecak kesal, lalu mengibaskan rambut panjangnya dengan angkuh. "Fine! Dare!"
KAMU SEDANG MEMBACA
No Strings Attached? [End]
Fiksi PenggemarDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)