"Sumpah, kalo ini bukan liburan sama temen, gue udah sujud syukur." gumamnya pelan.
Andra mendesah keras, menyeruput birnya lagi, mencoba mengabaikan fakta bahwa matanya masih secara otomatis melirik ke arah Kathrin.
"Astaga… nggak punya malu…" desisnya.
Dan yang lebih parah?
Ini baru hari pertama liburan.
...
Sore mulai merayap di balik jendela kamar, menyisakan cahaya keemasan yang membias lembut di dinding.
Andra membuka pintu dengan langkah malas. Niatnya cuma satu—rebahan. Tapi begitu matanya menangkap sosok yang sudah nyaman berbaring di ranjang, niat itu langsung goyah.
Marsha.
Dan gadis itu hanya mengenakan bra dan celana dalam baru, setelah yang sebelumnya basah akibat berenang.
Garis-garis tubuhnya terlihat jelas di bawah cahaya senja, kulitnya masih sedikit lembap, menciptakan kilauan samar di beberapa titik. Tali bra-nya tampak sedikit longgar, seakan belum benar-benar dikencangkan, sementara celana dalamnya pas membingkai lekuk pinggulnya.
Marsha sendiri tampak santai, berbaring dengan satu kaki bertumpu di lutut satunya. Ponsel tergenggam di tangannya, tapi tatapannya tidak benar-benar fokus. Begitu mendengar suara pintu, ia langsung menoleh, senyum khasnya mengembang.
"Kakaaak~" panggilnya manja.
Andra mengernyit, mencoba tetap fokus pada wajahnya. "Ngapain lo di sini?"
Marsha hanya nyengir, lalu meletakkan ponselnya di samping, kedua tangannya terbuka lebar ke arahnya. "Nungguin lo lah. Sini~"
Andra menghela napas, tapi tetap melangkah ke ranjang. Begitu ia duduk di tepi kasur, Marsha langsung bergerak, merangkak mendekat sebelum akhirnya melingkarkan tangannya di pinggangnya, menyandarkan kepala ke dadanya.
Aroma segar tubuhnya langsung menyeruak, bercampur dengan sedikit sisa kaporit yang masih samar.
Tanpa sadar, tangan Andra terangkat, mengusap punggung gadis itu, jemarinya menggambar pola-pola tak jelas di kulit halusnya.
"Enak, Kak..." Marsha bergumam, suaranya terdengar lebih berat. "Turun dikit dong..."
Andra mendengus geli, tapi tetap menurut. Telapak tangannya turun perlahan, melewati tulang belakangnya, hingga akhirnya berhenti di lekuk pinggul gadis itu.
"Naaah~ di situ..." Marsha menggeliat kecil, seakan menikmati sentuhan itu lebih dari yang ia tunjukkan.
Andra terdiam.
Di kepalanya, kata-kata Bagas di mobil tadi kembali bergaung.
"Lo harus mulai jujur, Ndra. Manfaatin liburan ini buat ungkap semuanya ke Marsha."
Rahang Andra mengerat. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, sesuatu yang selama ini ia tekan, ia abaikan, dan ia tutupi dengan segala alasan.
Sial.
"Marsha..."
"Hmm?"
Andra membuka mulut, tapi… tidak ada yang keluar.
Suaranya tersangkut. Keberaniannya layu di detik terakhir.
Akhirnya ia hanya menggeleng. "...Nggak jadi."
Marsha langsung membuka mata, menatapnya dengan kening berkerut. "Ih, apa sih!"
Ia pun bangkit, lalu tanpa ragu naik ke pangkuan Andra, kedua tangannya menangkup wajah pria itu.
YOU ARE READING
No Strings Attached? [End]
FanfictionDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)