Di tengah kesibukan itu, Kathrin tiba-tiba berseru, "Eh, guys! Hari Sabtu kalian pada free nggak?"
Flora, yang sedang mengumpulkan sampah ke dalam satu tempat, langsung menjawab, "Gue free."
Marsha mengangkat tangan. "Sama, gue juga nggak ada acara."
"Yah, paling cuma rebahan doang," tambah Andra.
Bagas menyandarkan punggungnya ke meja kasir, berpikir sejenak. "Gue sih paling nyicil skripsi doang... tapi kalau ada acara seru, bisa lah."
Kathrin tersenyum lebar. "Nah, gini nih! Jadi gini, keluarga gue nyewa villa buat acara keluarga hari Sabtu sama Minggu, tapi acaranya malah ditunda. Villanya udah terlanjur disewa, jadi daripada rugi, mending kita pake aja, kan?"
Lalu, Flora berdeham kecil. "Lah, lo dari keluarga tajir, Kath?" tanyanya dengan alis terangkat.
Kathrin menoleh, "Kok kayak heran gitu?"
Flora menyilangkan tangan di dada, bibirnya menyunggingkan senyum menggoda. "Ya abisnya anaknya kayak nggak keurus gini."
"YE, NGACO LO!" Kathrin langsung menyambar rambut Flora, menariknya dengan gemas.
"AAK! Kurang ajar lo ya!" Flora tentu tidak terima. Dengan sigap, ia balas menarik rambut Kathrin.
"Aaw! Lepasin, Kak!" pekik Kathrin sambil tertawa.
"Lo dulu yang lepas!"
Bagas, yang melihat kejadian itu, hanya bisa mengusap wajahnya. "Hey, hey! Bisa nggak sih kalian nggak ribut tiap hari?!"
Kathrin dan Flora akhirnya melepaskan diri satu sama lain sambil mendengus.
"Jadi gimana? Kalian mau nggak ke villa?" Kathrin kembali ke topik.
Marsha langsung berseru penuh semangat. "Mau banget!"
"Gas lah!" sahut Andra.
Bagas mengangkat bahu. "Ya udah, gue ikut juga. Lumayan refreshing."
"Oke!" Kathrin menepuk tangannya dengan antusias. "Kalau gitu, Sabtu pagi kita kumpul di sini dulu, terus kita cabut ke villa. Nginep sampe Minggu, kita have fun!"
"YEAAAAHHH!" Semua langsung bersorak serempak, kegembiraan menyelimuti suasana.
Suasana kafe yang tadinya hanya dipenuhi suara gesekan sapu dan kain lap kini berubah lebih hidup. Rencana akhir pekan di villa sudah resmi dibuat.
...
Langkah Andra dan Marsha melambat saat mereka tiba di depan rumah gadis itu. Malam sudah larut, hanya ada temaram lampu jalan yang menyinari trotoar.
Marsha menatap Andra dengan mata berbinar, tetapi bibirnya sedikit mengerucut seakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Kenapa lo keliatan kayak sedih gitu, Kak?" tanyanya, lalu menyeringai usil. "Udah kangen kelon sama gue di kasur, ya?"
Andra mendengus, melipat tangan di dada. "Jangan geer deh."
Marsha hanya terkekeh, senyum jahilnya makin lebar. Tanpa aba-aba, ia mendekat dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang Andra, menarik tubuh lelaki itu ke dalam pelukan hangat.
"Gue masih ada urusan besok, Kak, tapi lusa gue udah bisa ke kosan lo lagi," gumamnya pelan di dekat dada Andra.
Andra menatapnya datar. "Yah, lo nggak usah dateng juga nggak masalah."
"Jahat!" protes Marsha, mencubit pinggangnya.
Andra terkekeh, menepuk kepala gadis itu sebelum melepaskan diri dari pelukannya. "Udah ah, gue balik."
Marsha masih menatapnya dengan ekspresi penuh keinginan, lalu menggigit bibir bawahnya. "Nggak mau cium dulu?" tanyanya dengan nada manja, tangannya mencubit ringan lengan Andra.
Andra mendesah, mengangkat sebelah alis. "Nggak butuh."
"Tapi gue yang butuh!"
Gadis itu menarik kerah jaket Andra, memaksanya mendekat. Mata mereka bertemu dalam jarak yang begitu dekat, napas mereka bercampur dalam udara dingin malam itu.
Andra akhirnya menghela napas panjang, menyerah pada tingkah manjanya. Ia menunduk sedikit, lalu mengecup singkat bibir Marsha.
Cup.
"Cukup?" tanyanya dengan nada datar.
Marsha menyeringai, jemarinya mengusap bibirnya sendiri dengan tatapan penuh arti. "Belom, tapi sisanya gue tagih di kos. Gue kokop lo sampe kering, Kak."
Andra langsung mendelik. "Dih, cabul."
Marsha hanya mengedikkan bahu. "Cabul tapi lo suka kan?"
Andra memutar mata, malas menanggapi lebih jauh. "Udah lah, gue balik."
"Hati-hati di jalan ya, Kak!" seru Marsha dengan suara ceria, melambaikan tangan sebelum akhirnya masuk ke rumah.
Andra menghela napas, mengusap wajahnya sendiri sambil menggeleng pelan. Gadis itu benar-benar… berbahaya.
Bersambung
sesuai sogokan dobel up ya ges, lanjut scroll ajah
YOU ARE READING
No Strings Attached? [End]
FanfictionDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)