Namun demi kedamaian batinnya, akhirnya ia pasrah.
"Marsha cantik..."
Di seberang, terdengar tawa kecil penuh kemenangan.
"Gitu dong, ganteng~ Dah ya, gue mau mandi. Mwah!"
Tut.
Panggilan berakhir.
Andra menatap layar ponselnya yang kini kembali sunyi. Ia menghela napas, menggeleng pelan sambil bergumam,
"Cewek aneh..."
Namun, entah bagaimana, perasaannya sedikit lebih ringan. Setidaknya, suara manja itu berhasil mengikis sedikit rasa rindu yang enggan diakuinya.
...
Siang itu, aroma makanan yang menggugah selera memenuhi udara di kantin kampus. Andra berjalan santai di antara deretan kedai, matanya menelusuri daftar menu yang terpampang di setiap kios. Perutnya mulai berbunyi pelan, menuntut asupan setelah setengah hari beraktivitas.
Namun sebelum ia bisa menentukan pilihan—
"KAK ANDRAAA!"
Sebuah suara nyaring dan familiar menerobos riuhnya kantin, membuat beberapa orang refleks menoleh. Andra sendiri tersentak, belum sempat bereaksi ketika tiba-tiba saja tubuhnya diserang oleh pelukan mendadak.
"Ehh, ehh! Apa sih, Sha?!" serunya kaget, berusaha menjaga keseimbangan.
Di hadapannya, Marsha menatap dengan ekspresi panik yang berlebihan, matanya sedikit berkilat seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan.
"Kak! Laptop gue rusak! Padahal besok ada deadline tugas! Gimana dong?!"
Nada suaranya begitu dramatis, seperti dunia akan berakhir jika tugasnya tidak selesai tepat waktu.
Andra menghela napas, melirik sekeliling. Beberapa mahasiswa sudah mulai melirik mereka, jelas penasaran dengan keributan ini.
"Astaga, bisa pelanin suara lo dikit nggak? Dilihatin tuh!" bisiknya dengan nada setengah kesal.
Marsha nyengir, tapi tetap bertahan di tempatnya.
"Laptopnya lo bawa?" tanya Andra akhirnya.
Gadis itu mengangguk cepat, seperti anak anjing yang baru saja ditawari camilan.
"Yaudah, cari tempat duduk. Gue liat dulu."
Tanpa banyak kata, Andra menggandeng tangannya, menariknya melewati kerumunan mahasiswa yang sibuk makan siang. Marsha mengikuti dengan langkah ringan, senyum kecil tersungging di wajahnya.
Setelah beberapa saat mencari, mereka menemukan meja kosong di sudut kantin. Begitu duduk, Marsha menatap Andra dengan tatapan penuh nostalgia.
"Kak, berdua di kantin gini, jadi inget waktu pertama kali kita kenal."
Andra melirik sekilas. "Iya?"
"Iya dong. Malemnya habis tidur bareng, eh siangnya ketemu lagi. Dan ternyata kita satu jurusan!" Marsha terkekeh pelan, nada suaranya penuh keisengan.
Andra mendengus, mengingat momen itu dengan jelas. Saat itu, dunia terasa begitu kecil. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa gadis yang dulu hanya ia anggap sekadar teman tidur sementara, ternyata akan terus muncul di kehidupannya—dan makin hari makin sulit untuk dilepaskan.
"Iya juga..." gumamnya, tersenyum tipis.
Marsha menyenggol lengannya ringan. "Takdir kali ya?"
Andra hanya terkekeh, menggelengkan kepala. "Atau kutukan."
YOU ARE READING
No Strings Attached? [End]
FanfictionDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)