...

Suasana di dalam kafe sore itu cukup santai. Tidak banyak pelanggan, membuat para staf bisa sedikit bersantai.

Di salah satu sudut, Andra tengah berdiri di belakang Flora, kedua tangannya dengan lihai memijat bahu gadis mungil itu. Flora yang sejak tadi mengeluh pegal setelah sibuk di dapur, kini tampak nyaris meleleh di kursinya.

“Aaahh~ enak banget Ndraa~” erangnya manja, memejamkan mata menikmati pijatan itu.

Andra mendengus. “Bayar dong kalo enak.”

Flora mengangkat satu alisnya. “Iya, iya, ntar gue cium, deh.”

“Nggak butuh!” seru Andra buru-buru, menjauhkan wajahnya dengan ekspresi penuh penolakan. “Gue butuhnya duit, bukan ciuman lo!”

Seperti biasa, drama kecil di antara mereka tidak akan pernah dibiarkan begitu saja. Kathrin tiba-tiba muncul entah dari mana, langsung menyelipkan dirinya di antara mereka.

“Gue juga mau kaak~” rengeknya dengan suara dimanis-maniskan, bahkan ia sampai menggoyang-goyangkan lengan Andra seperti anak kecil minta jajan.

Andra mendecak. “Ck, ini juga ngantri! Sabar napa?!”

Belum selesai dengan Kathrin, Marsha yang sedari tadi hanya memperhatikan dari kejauhan, mendengus kesal. Dadanya terasa sedikit sesak melihat dua gadis itu dengan Andra, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa. Hingga akhirnya...

Ia ikut nimbrung.

“Kak! Gue juga mau!” serunya tiba-tiba, langsung berdiri di sebelah Flora dan Kathrin.

“Ehh, gue dulu lah!” seru Kathrin tidak terima.

“Lo berdua diem dulu! Gue mau nikmatin!” sahut Flora sambil menahan tangan Andra agar tetap di pundaknya.

Keduanya mulai ribut, saling dorong, bahkan hampir menjambak satu sama lain. Kathrin mencoba merebut posisi di depan, sedangkan Flora berusaha bertahan. Sementara itu, Marsha hanya bisa berdiri di sebelah mereka dengan wajah cemberut, merasa dirinya tersisih.

“AAARRGH, BERISIK!”

Dengan ekspresi frustasi, Andra langsung menarik diri. Ia menepiskan tangan Flora, menghindari Kathrin, dan tanpa berkata apa-apa, ia kabur meninggalkan ketiga gadis itu yang masih saling berebut.

Ia berjalan cepat menuju meja kasir, di mana Bagas sedang sibuk menghitung uang hasil penjualan hari itu.

Andra menepuk bahu pria itu. “Bang, gue pijetin lo aja.”

Bagas menoleh dengan alis terangkat. “Hah? Tumben, lo?”

Andra mulai memijat bahu Bagas tanpa banyak bicara. “Mending gue pijitin lo, Bang, daripada bocah-bocah ngelunjak itu.”

Bagas tertawa pelan, menikmati pijatan Andra yang ternyata cukup enak. “Lumayan, nih, pijet gratis.”

Dari kejauhan, Flora, Kathrin, dan Marsha hanya bisa menatap dengan kesal ke arah Andra yang kini memijat Bagas tanpa gangguan.

“Cih! Dasar pengkhianat!” gerutu Kathrin sambil melipat tangan di dada.

Flora mendesah kecewa. “Sial, kesempatan emas gue ilang.”

Sementara itu, Marsha hanya mendecak sebal, menyembunyikan rasa kesal yang sebenarnya bukan hanya karena gagal dipijat, tetapi lebih karena melihat Andra yang tadi dikelilingi gadis lain.

Dan Andra?

Ia hanya pura-pura tidak tahu.

...

No Strings Attached? [End]Where stories live. Discover now