Andra langsung mundur selangkah, melirik sekitar. "Heh heh, udah. Ini tempat umum, jangan aneh-aneh," omelnya setengah berbisik.
Marsha hanya tertawa kecil, puas melihat Andra salah tingkah. Ia lalu dengan santainya menjatuhkan pembalutnya ke dalam keranjang belanja Andra. "Gue ikut belanja, dong, Kak," katanya tanpa izin.
Andra hanya mendesah pasrah. "Ya ya, suka-suka lo."
Sepertinya belanja hari ini bakal lebih panjang dari yang ia rencanakan.
Marsha tetap setia merangkul lengan Andra saat mereka melanjutkan perjalanan mengelilingi minimarket. Gadis itu tampak nyaman, sesekali bersandar ke Andra, dan tak jarang berkomentar tentang barang-barang yang diambilnya.
"Ih, Kak, kok beli mi instan doang? Nggak takut usus buntu?" cibir Marsha sambil menunjuk beberapa bungkus mi yang hampir memenuhi keranjang.
"Nih anak sok sehat, padahal kalau gue lagi makan mi, elu juga ikutan nyomot," balas Andra datar.
Marsha terkikik. "Namanya juga gratisan, Kak. Rasanya lebih enak."
Andra hanya mendengus, lalu tanpa pikir panjang bertanya, "Lo mau jajan nggak?"
Mata Marsha langsung berbinar. "Eh? Lo beliin, Kak?"
"He'em, ambil aja yang lo mau."
"YESS!"
Dan dalam sekejap, Marsha langsung melesat menghilang ke lorong lain seperti anak kecil yang dilepas di toko mainan. Andra hanya bisa menggeleng, tersenyum geli melihat semangat gadis itu.
Tak butuh waktu lama, Marsha kembali dengan ekspresi puas, membawa sebungkus keripik dan es krim favoritnya.
"Ini ya?" tanyanya penuh harap, mengangkat kedua barang itu seperti trofi kemenangan.
Andra melirik sekilas, lalu mengangguk santai. "Iya iya."
Tanpa pikir panjang, Marsha langsung menjatuhkan kedua camilannya ke dalam keranjang belanjaan Andra, lalu kembali merangkul lengan pria itu, bahkan kali ini lebih erat.
"Makasih kakaak~" ucapnya dengan nada manja, menggoyangkan lengannya seolah meminta perhatian lebih.
Andra menoleh, merasa heran. "Kenapa sih lo? Nempel banget hari ini?"
Marsha mengangkat bahu, lalu menghela napas panjang. "Gatau juga, efek red day kali. Pengen aja manja ke orang."
Andra menatapnya sesaat sebelum akhirnya menggeleng. "Aneh."
Marsha hanya terkikik tanpa menyangkal, tetap menggandeng Andra hingga mereka sampai di kasir. Andra mulai mengeluarkan barang-barangnya dan meletakkannya di meja kasir satu per satu, sementara Marsha berdiri di sebelahnya, memainkan ujung tudung hoodie-nya.
Begitu giliran mereka tiba, kasir mulai memindai barang-barang mereka satu per satu. Namun, saat melihat pembalut dalam tumpukan belanjaan, Marsha langsung bereaksi.
"Mas, pembalutnya jangan diitung ya, dipisah," pintanya cepat.
Tapi sebelum kasir bisa menanggapi, Andra langsung menyela, "Nggak usah, Mas. Gabung aja."
Marsha menoleh, alisnya terangkat. "Cieee~" godanya, menyikut lengan Andra dengan senyum penuh arti.
Andra hanya tersenyum kecil, membiarkan Marsha menggoda tanpa membalas. Ia menyodorkan uang ke kasir, membayar seluruh belanjaan mereka tanpa ragu.
Marsha, yang awalnya hanya ingin menggoda, tiba-tiba merasa hangat di dadanya. Ia menggigit bibirnya pelan, lalu menunduk sedikit, menyembunyikan ekspresi yang entah kenapa terasa sedikit berbeda kali ini.
YOU ARE READING
No Strings Attached? [End]
FanfictionDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)