"Masuk, Bang!" sahut Kathrin dengan suara ceria.
Pintu pun terbuka, dan muncullah Bagas dengan kantong plastik di tangannya. Begitu ia mengedarkan pandangan ke dalam kamar, alisnya langsung bertaut melihat kondisi Kathrin yang masih santai duduk di ranjang hanya dengan bra dan celana dalam.
"Ini si kocak kenapa kancutan doang?" tanyanya heran.
Flora, yang duduk di ujung ranjang sambil memainkan garpu plastik di tangannya, hanya mengangkat bahu. "Gatau dah, Bang. Lo tanya sendiri aja."
Bagas menghela napas, lalu tanpa berkata-kata, ia melangkah ke arah lemari pakaian Kathrin. Dengan gerakan santai, ia membongkar isinya, mencari sesuatu yang bisa dipakai gadis itu.
"Lo bawa apa, Bang?" tanya Kathrin dengan mata berbinar, jelas tertarik dengan kantong plastik di tangan Bagas.
"Jajan."
Seketika itu juga, suasana kamar langsung berubah riuh.
"YEEEEYYY!" serentak Andra, Flora, dan Kathrin bersorak, ekspresi mereka seperti anak kecil yang baru dapat hadiah.
Bagas hanya terkekeh sambil menarik kaus longgar dari lemari, lalu melemparkannya ke arah Kathrin. "Pake baju dulu. Baru jajan."
Kathrin merengut, tapi tetap menurut. "Iya, iya." Ia menyambar kausnya dan segera mengenakannya.
Sementara itu, Bagas meletakkan kantong plastiknya di atas ranjang. Tanpa menunggu aba-aba, ketiga orang lainnya langsung melingkari kantong itu seperti pemangsa mengintai mangsa.
Begitu kantong dibuka, terungkaplah isinya: satu kotak brownies dengan taburan coklat meleleh di atasnya.
"WOAAAHH!"
Dalam hitungan detik, tangan-tangan sudah bergerak, masing-masing mengambil bagian mereka.
"SELAMAT MAKAAAN~" seru Flora dengan penuh semangat sebelum langsung melahap potongannya.
Kathrin, yang sejak tadi paling antusias, menyuapkan potongan besar ke dalam mulutnya dengan cepat. Andra langsung mengerutkan dahi. "Kath, pelan-pelan makannya. Ntar keselek."
Gadis itu hanya mengacungkan jempol sambil mengunyah dengan mulut penuh, jelas tak mengindahkan peringatan Andra.
Tawa pun pecah di dalam kamar sempit itu. Obrolan ngalor-ngidul, canda yang tak ada habisnya, dan suara kunyahan memenuhi ruangan. Meskipun awalnya datang untuk menjenguk orang sakit, suasana malah berubah seperti pesta kecil-kecilan.
Bagi mereka, ini bukan sekadar sarapan brownies. Ini tentang kebersamaan, tentang menikmati momen sederhana yang tak selalu bisa didapat di tengah kesibukan masing-masing.
...
Matahari mulai turun perlahan, mewarnai langit dengan gradasi jingga keunguan. Udara sore terasa hangat, angin tipis berembus melewati lorong kosan yang sempit. Di dalam kamar Kathrin, Andra, Flora, dan Bagas mulai bersiap-siap untuk pergi.
Bagas meregangkan tubuhnya sebentar sebelum meraih tasnya. "Kath, kita cabut dulu ya. Langsung ke kafe."
Kathrin, yang masih duduk bersandar di ranjangnya, mengerucutkan bibir. "Ih, buru-buru banget. Nggak mau temenin gue dulu?" keluhnya, seakan tak rela ditinggal.
Flora yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya langsung menyahut, "Yaudah, gue mau numpang mandi dulu deh sebelum ke kafe."
Bagas melirik jam tangannya, lalu mengangguk santai. "Yaelah. Buruan, jangan lama-lama."
"Oke sip. Kath, pinjem anduk ya," ucap Flora sambil berjalan ke kamar mandi.
"Iya, kak," jawab Kathrin sambil melemparkan handuk ke arahnya.
Sementara Flora masuk ke kamar mandi, Bagas menepuk bahu Andra. "Ndra, tunggu luar yuk. Sambil udud."
"Gas."
Tanpa pikir panjang, keduanya keluar dari kamar. Kathrin, yang masih enggan ditinggal sendirian, ikut berjalan di belakang mereka. "Ikut~" katanya manja, mengikuti langkah mereka seperti anak kucing.
Di luar, lorong kosan terasa lebih tenang. Beberapa penghuni kosan berlalu-lalang, beberapa duduk-duduk santai di depan kamar mereka. Bagas dan Andra bersandar di pagar balkon kecil, masing-masing menyalakan rokok, menghembuskan asap ke udara senja. Kathrin, yang berdiri di tengah mereka, hanya ikut mengobrol tanpa berniat merokok.
"Malam ini kita tutupnya lebih cepet, ya," ucap Bagas setelah menarik napas dalam.
Mata Andra langsung berbinar. "Serius, Bang? Wih, aseek!" katanya bersemangat.
Dari belakang, Kathrin yang sejak tadi menempel di punggung Andra ikut menyahut, "Ihh, giliran gue sakit, pulangnya lebih cepet. Parah banget."
Bagas dan Andra hanya tertawa, tak menggubris protes kecil Kathrin. Mereka melanjutkan obrolan ringan tentang pekerjaan di kafe, sementara Kathrin sesekali ikut menyela, mengomentari hal-hal tak penting hanya agar tetap terlibat dalam percakapan.
Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Flora muncul dengan rambut basah, mengenakan hoodie kebesaran yang membuatnya terlihat seperti anak SMP yang tersesat. "Skuy, berangkat."
Bagas menegakkan tubuhnya dan mematikan rokoknya di asbak terdekat. "Oke, Kathrin, lo istirahat yang cukup. Besok balik kerja."
"Iya, iya, Bang."
Andra melambai kecil ke arah Kathrin. "Duluan ya, Kath."
Kathrin tersenyum lebar, melambaikan tangan dengan semangat. "Iya, Kak! Hati-hatii~"
Ketiganya pun mulai berjalan pergi, meninggalkan kosan yang perlahan kembali sunyi seiring malam yang mulai menyelimuti kota.
Bersambung
ŞİMDİ OKUDUĞUN
No Strings Attached? [End]
Hayran KurguDi suatu malam yang sunyi, Andra menerima tawaran dari seorang perempuan asing yang menjual tubuhnya. Tanpa banyak berpikir-didorong oleh stres dan kelelahan-ia menerimanya. Malam itu, keduanya berbagi kehangatan tanpa nama, tanpa ikatan. Namun, kee...
![No Strings Attached? [End]](https://img.wattpad.com/cover/388959992-64-k305939.jpg)