No Strings Attached? [End]

03

"Sama gue aja, Mbak," ucapnya santai, suaranya terdengar cukup jelas di tengah sepinya malam.

Marsha dan pria itu sontak menoleh ke arahnya.

"Hah? Lo siapa? Enak aja asal nyelak!" protes pria itu, jelas tak terima.

Andra hanya melirik pria itu sekilas sebelum kembali menatap Marsha. Tanpa basa-basi, ia mengeluarkan satu kalimat yang langsung membuat semuanya terdiam.

"Enam ratus. Cash."

Sekejap, suasana menjadi hening. Mata Marsha membelalak, begitu juga pria di depannya. Tawaran itu terlalu besar untuk diabaikan.

Marsha tak butuh waktu lama untuk mengambil keputusan. Dengan cepat, ia melingkarkan lengannya di lengan Andra, menarik tubuhnya lebih dekat.

"Maaf, Mas. Saya sold out," ucapnya dengan senyum manis yang nyaris terdengar mengejek.

Pria itu menggeram, menatap Andra dengan tatapan penuh amarah sebelum meludah ke samping dan berbalik pergi. "Ck, bajingan," umpatnya, sebelum akhirnya menghilang di balik gelapnya malam.

Saat pria itu sudah benar-benar pergi, Marsha mendongak, menatap Andra dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Makasih ya, Kak," katanya pelan, senyum kecil menghiasi wajahnya.

Andra hanya menghela napas, masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan. Tapi sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, Marsha sudah menarik tangannya dengan lembut.

"Yuk, ke motel."

Andra tidak menolak, tidak juga berusaha melepaskan diri. Ia hanya membiarkan dirinya diseret oleh gadis itu, mengikuti langkahnya menembus malam yang semakin larut.

...

Begitu memasuki kamar motel yang remang-remang, Andra langsung meletakkan tasnya di kursi dekat jendela. Rasa lelah setelah seharian beraktivitas membuatnya hanya ingin beristirahat. Ia menghela napas panjang, lalu menoleh ke arah Marsha yang sudah menutup pintu di belakangnya. 

"Malam ini nggak usah ngapa-ngapain," ucapnya, nada suaranya datar. "Tidur aja." 

Marsha menatapnya dengan alis terangkat. "Hah? Kok gitu? Lo udah bayar mahal, Kak!" 

Andra duduk di tepi ranjang, melepas sepatunya tanpa melihat ke arah gadis itu. "Ya emang gue nggak ada rencana buat gituan. Gue capek. Mau istirahat." 

Tapi Marsha tak semudah itu menyerah. Senyumnya mengembang, penuh godaan. Dengan langkah pelan, ia mendekati Andra, lalu tanpa ragu mencondongkan tubuhnya ke depan, membiarkan dadanya bersentuhan dengan pria itu. 

"Yakin, Kak?" bisiknya menggoda, matanya menatap lurus ke dalam mata Andra. 

Andra menghela napas, berusaha mempertahankan sikapnya. Namun, tatapan penuh tantangan itu, senyuman nakal yang menghiasi wajah Marsha, serta jarak mereka yang begitu dekat perlahan-lahan menggoyahkan tekadnya. 

Dan akhirnya, ia menyerah. 

Tanpa aba-aba, tangannya terangkat, jemarinya menyentuh dagu Marsha dan menariknya lebih dekat. Dalam hitungan detik, bibir mereka bertemu. 

Marsha terkejut, matanya melebar saat merasakan ciuman itu. Namun, alih-alih menjauh, ia justru membiarkan Andra semakin dalam menyelami bibirnya. Hangat, lembut, tapi juga penuh gairah yang tiba-tiba menyala. 

"Mmm... mmhh... mwahh..." 

Andra melepaskan ciuman itu sejenak, menatap Marsha yang wajahnya kini merona. 

"Kenapa tiba-tiba nyium sih..." Marsha menggerutu, bibirnya sedikit bengkak karena ciuman tadi. "Kan itu bukan bagian dari service..." 

Andra menyeringai. "Nggak boleh? Gue udah bayar lebih." 

Marsha terdiam, seakan mempertimbangkan jawaban. Lalu, dengan suara pelan, ia akhirnya berkata, "Yaudah... bol—mmpph!" 

Kata-katanya terputus karena Andra sudah kembali menyerang bibirnya. Kali ini, Marsha tak hanya membiarkan, tapi juga membalas dengan penuh semangat. 

Dan begitu saja, mereka kembali bermalam bersama.

Bersambung

The Cafe Crew :

Kathrina Felisha aka Kathrin (20)

Flora Chaliesta aka Flora (21)

Bagaspati Abirama aka Bagas (23)