Part Spesial : Manjanya Pak Suami

3.1K 258 7
                                    

Yook bisa dulu 100 votes untuk next part spesial. Ada sepuluh nih total.

..................

Jarak untuk mencapai pintu kamar tidur tinggal kurang dari satu meter. Namun Tarima harus berhenti berjalan karena merasakan tendangan kuat sang jabang bayi, terjadi secara tiba-tiba.

“Pagi-pagi, udah aktif aja geraknya, ya, Nak. Lagi olahraga, Sayang?” gumam Tarima lembut seraya membelai-belai perutnya. 

“Sehat-sehat terus di dalam, Baby.”

Tentu upaya untuk menenangkan sang calon buah hati yang masih belum usai menendang-nendang dengan intens. Ia cukup kewalahan untuk menahan sakit ditimbulkan. Walau hanya berlangsung sebentar saja, beberapa menit biasanya.

Cklek.

Kemudian, atensi Tarima berpindah ke depan, saat mendengar pintu ruangan tidur yang dibuka dari dalam.

Sosok gagah sang suami tertangkap oleh matanya. Sadha Putra Panca telah mengenakan setelan kerja yang lengkap dan Tarima tidak suka melihatnya.

“Mas mau ke kantor?” Tarima segera mengonfirmasi kemana pria itu akan pergi dengan penampilan yang rapi.

Tak mungkin mengenakannya untuk di rumah. Ia sudah sangat hafal 

“Ke kantor, Sayang.”

“Ke kantor? Mas Sadha mau kerja?”

“Iya, Sayang. Ada jadwal rapat.”

“Tapi, kondisi Mas belum pulih,” ujar Tarima, upaya melarang suaminya.

Ya, dari kemarin sore, pria itu demam. Suhunya cukup tinggi, sampai-sampai sang suami menjadi menggigil.

Semalam, tepatnya pukul delapan, ia pun memboyong Sadha ke rumah sakit agar tahu apa yang menyebabkan.

Dokter mendiagnosis suaminya drop karena kelelahan bekerja. Dan perlu beberapa hari untuk istirahat total.

Akhir-akhir ini, sekitar dua minggu belakangan, Sadha memang tengah sibuk merintis bisnis perhotelan. Selalu pulang larut. Pagi-pagi sudah bekerja.

Tarima juga paham sebagai pebisnis suaminya punya jiwa juang yang tidak main-main dalam mengembangkan usaha, tapi bukan berarti lalai dalam menjaga kesehatan. Malah jatuh sakit.

“Sudah mendingan, Sayang.”

“Sudah mendingan? Nggak mungkin, Mas. Belum ada dua puluh empat jam, sejak Mas Sadha pulang dari UGD.”

Jelas tak akan mudah percaya begitu saja dengan pengakuan sang suami.

Sadha tipe yang tidak patuh. Sulit saja diminta istirahat di rumah. Pasti selalu mementingkan pekerjaan dan bisnis.

“Sudah sehat, Sayang.”

“Mana mungkin, Mas.”

Tarima lalu bergerak mendekat ke tempat sang suami, pria itu juga berjalan ke arahnya, mereka bertemu di suatu titik.

Lalu, tak ada bentangan jarak pemisah di antara mereka, sehingga Tarima bisa membawa tangan ke dahi suaminya.

Tentu guna memeriksa suhu tubuh pria itu. Ia ingin memastikan apakah masih panas atau tidak.

Dan ternyata masih terasa hangat. Tak bisa dipastikan dengan telapak tangan, ia harus menggunakan termometer.

“Cek demam dulu, Mas.”

“Kembali ke kamar sekarang.” Tarima berujar dengan tegas agar sang suami tak membantah ucapannya.

“Galak.”

Bayi Milik Suami DudaWhere stories live. Discover now