BAB 24

10K 625 17
                                    


"Terima kasih sudah datang, Pak Sadha."

"Terima kasih juga untuk sumbangannya di panti asuhan kami yang sekian kali."

"Iya, Bu." Diberikan jawaban singkat sebagai balasan untuk ketua yayasan panti asuhan.

"Apa Bapak akan berkeliling dulu? Kebetulan Dokter Kenanga Weltz juga ada di sini."

Untuk membalas, hanya dilakukan anggukan kecil. Lantas, diikuti Ibu Risma yang akan mengantarnya ke salah satu ruangan.

Tertulis di depan pintu, Kamar Khusus Untuk Bayi 0-1 Tahun, dibaca dengan saksama.

Dan baru beberapa langkah kakinya melewati ambang pintu, pergerakan seketika terhenti saat melihat sosok yang tidak asing.

Tarima serta Kenanga.

Cukup kaget karena melihat mereka berdua.

Tak mengherankan jika Kenanga kerap juga berkunjung, Panti Asuhan Asih memang menjadi tempat berdonasi utama semua anggota keluarga besar Weltz.

Namun tetap tidak disangka jika Kenanga akan datang bersama Tarima, sang istri.

Ya, bukan rahasia lagi jika mereka memiliki persahabatan yang erat. Kerap terlibat dalam beberapa kegiatan bersama-sama.

Lagi-lagi bukan masalah besar, tapi karena ia sedang menghindari Tarima, pertemuan tidak sengaja seperti ini, membuatnya terkejut.

Dan tak ada cara menghindar, termasuk juga pergi tiba-tiba, tidak akan jadi solusi terbaik.

Lalu, didengar sang ketua yayasan menyapa Kenanga dan Tarima. Keduanya tentu segera menyadari kehadirannya di dalam ruangan.

Kenanga tersenyum sambil melambai, tapi sang istri tidak bereaksi apa-apa. Bahkan, memandang sedetik pun tak ada padanya.

Karena ketua yayasan mendekati dirinya guna berpamitan pergi, maka diurungkan sebentar keinginan menghampiri Tarima.

"Jika ada apa-apa, Pak Sadha boleh dibicarakan dengan saya."

"Iya, Bu."

Lalu, sang ketua yayasan meninggalkan ruangan.

Sadha pun memutuskan untuk keluar juga. Ia juga tak ada kepentingan. Cukup sudah tugasnya mengantar donasi yang telah diselesaikan.

"Kak Sadha!"

Baru saja dilewati ambang pintu, Kenanga memanggilnya.

Langkah kaki pun dihentikan.

"Kak Sadha mau ke mana?"

"Pulang." Dijawab cepat pertanyaan sang adik sepupu.

Atensi tak setuju pada Kenanga, melainkan ke sosok Tarima yang ternyata masih di dalam. Tak ikut keluar bersama Kenanga.

"Aku boleh minta tolong nggak, Kak Sadha?"

"Apa?" tanyanya dengan sedikit curiga.

Terlebih, sang adik sepupu tersenyum aneh padanya.

"Bisa minta tolong antar Tarima pulang? Aku harus ke rumah sakit karena ada jadwal operasi dua jam lagi."

"Nggak sempat aku antar Tari pulang, Kak."

"Baik." Sadha mengiyakan permintaan Kenanga tanpa harus berpikir dulu.

"Ah, iya, Kak Sadha ...."

"Apa? Katakan saja, Kena." Sadha ingin Kenanga to the point bicara, jika punya sesuatu yang harus disampaikan dengannya.

Bayi Milik Suami DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang