BAB 22

10.2K 625 50
                                    


Sadha benci memerlihatkan kelemahannya sebagai pria dewasa seperti ini.

Namun, lelehan air mata tak bisa berhenti untuk dikeluarkan dari sepasang netranya.

Benar-benar tidak tahu malu.

Dan tempat bersandarnya adalah wanita yang selama beberapa bulan belakangan sudah dituduh macam-macam serta kasar.

Sadha mengakui dirinya sangat pengecut.

Amat wajar pula Tarima menaruh kebencian dan rasa muak begitu besar padanya.

Wanita mana yang tidak akan sakit hati serta terhina oleh tudingan perselingkuhan?

Bahkan, ia memfitnah Tarima mengandung bayi dari mantan kekasih wanita itu.

Semua karena trauma masa lalu yang masih sangat membekas dalam dirinya. Menjadi acuan utama untuk bersikap defensif.

Polanya sama seperti Dewita dulu lakukan.

Bagaimana dirinya tidak waspada diawal?

Tarima masih sesekali bertemu dengan mantan kekasih wanita itu, termasuk di malam hari. Ia memantau sendiri dari luar.

Jelas tak masuk karena tidak mau memergoki Tarima berada di ranjang pria lain, seperti yang sudah diperbuat Dewita padanya.

Pasca mendapati Tarima mengunjungi rumah mantan kekasih wanita itu, ia pun mendapat kabar Tarima tengah mengandung.

Lagi-lagi, bayang masa lalu menyerang.

Kala itu, Dewita memberi tahu dirinya sudah berhasil hamil, setelah usia mereka menikah kurang lebih enam bulan seingatnya.

Disambut dengan bahagia, mengingat kedua orangtuanya begitu ingin punya cucu. Ia pun menginginkan anak pertama di usia yang sudah tiga puluh tujuh tahun.

Namun, tatkala perselingkuhan apik Dewita terbongkar, maka terungkap pula fakta soal bayi yang dikandung bukan darah dagingnya.

Selama berbulan-bulan menyayangi dengan tulus, justru penghianatan menyakitkan yang didapatkan sebagai balasan dari Dewita.

Suami mana tidak merasa sangat marah?

Setelah bercerai dengan Dewita, kepahitan rumah tangga di masa lalu masih terus membayang dan terus menggores luka.

Sangat memengaruhi pernikahan keduanya yang dibangun dengan Tarima berdasarkan kontrak tertulis, termasuk pula berlaku tidak menyenangkan kepada istrinya.

Bisa saja Tarima akan menyakitinya seperti Dewita bukan? Apalagi, mereka bersaudara.

Puncak kebenaran tentang kehamilan Tarima tentu langsung menghantam dirinya, setelah hasil tes paternitas keluar, beberapa hari lalu.

“Mas?”

Dengan sisa air mata masih keluar, dilepas segera rengkuhan dari tubuh ringkih Tarima, saat mendengar gumaman pelan sang istri.

Wanita itu menuntut jawaban, terlihat pada sepasang mata yang menatapnya penuh rasa iba. Seolah ia adalah sosok memprihatinkan dan sangat butuh belas kasihan.

“Apa yang ingin kamu dengar, Tari?”

“Seberapa besar luka itu, Mas?”

“Luka karena Dewita?” Sadha bicara dingin.

“Dia berselingkuh sejak awal kami menikah.”

“Dia hamil anak selingkuhannya yang dia akui sebagai anak saya.” Sadha menambahkan.

“Saya sudah menyayangi calon bayi hasil hubungan gelapnya sebagai anak saya, tapi hasil paternitas bilang itu bukan anak saya.”

Tarima diam. Namun ekspresi wanita itu kian tegang. Termasuk tatapan yang berbeda.

Bayi Milik Suami DudaWhere stories live. Discover now