BAB 01

35.1K 795 6
                                    

Tarima termenung dengan perasaan gelisah menyaksikan semua alat tes kehamilan dipakai sudah menunjukkan hasil yang sama.

Tentu, tak sesuai dengan harapan.

Sudah bulan kedua dilakukan tes seperti ini. Dirinya belum juga mengandung.

Tarima jelas kebingungan. Apalagi, ia dituntut untuk bisa segera hamil anak Sadha, sesuai kesepakatan sebagai istri bayaran.

Apa yang salah dengan dirinya?

Dokter kandungan mengklaim rahimnya sehat dan subur, sangat siap untuk mengandung.

Namun, kenyataan malah seperti ini.

Sejak menikah, Tarima sudah rajin konsumsi vitamin untuk meningkatkan potensi hamil segera. Pola makan pun dijaga sangat ketat.

Tok!

Tok!

Tok!

Ketukan pada pintu ruang tidurnya tentu saja dapat menariknya kembali dari lamunan.

Segera saja, Tarima keluar dari kamar mandi dengan membawa semua alat uji kehamilan.

Pandangan langsung mengedar guna dicarinya keberadaan Sadha, tapi tidak dilihat pria itu.

Tarima tentu lekas keluar dari kamar tidurnya. Masih dalam upaya tahu dimana sang suami.

Ternyata, Sadha duduk di meja makan, tepat pada kursi yang biasa pria itu tempati.

Tarima berjalan ke sana. Langkahnya semakin ragu dalam bertemu dan bicara dengan sang suami yang sudah dua minggu tak ditemui.

Mereka tinggal terpisah. Biasanya Sadha akan datang hanya untuk tidur bersamanya, itu pun dalam rangka menghasilkan seorang bayi.

Ya, bukan karena Sadha ingin menyentuhnya.

Malam ini, Tarima meminta sang suami untuk datang karena ingin memberi tahu hasil tes kehamilan. Ia sangat yakin akan mengandung.

Namun, malah sebaliknya hasil didapatkan.

"Mas, sudah makan malam?" Tarima awali dengan pertanyaan yang bersifat umum.

Tarima sudah berdiri di samping Sadha.

"Saya sudah makan."

"Tidak perlu kamu memasak untuk saya."

"Oke, Mas." Tarima menjawab sekenanya. Ia tak memiliki jawaban lain, termasuk mencoba menawarkan makanan lain ke sang suami.

"Bagaimana hasilnya?"

Tarima seketika gugup. Semua bagian tubuh dari kepala sampai kaki rasanya kaku.

Detak jantung kencang. Tentu cukup dalam membuat pikirannya jadi terganggu.

Namun, berusaha segera merangkai satu demi satu kata sebagai balasan pertanyaan pria itu. Tentu ia harus dengan jujur menjawab.

"Aku belum hamil, Mas." Tarima berucap mantap seraya menaruh semua alat uji kehamilan yang sudah dipakainya tadi.

Tak ada tanggapan dari Sadha.

"Maaf, aku belum bisa memenuhi kesepakatan yang kita buat. Aku akan terus ber–"

"Kapan saya harus meniduri kamu lagi?"

"Nanti akan aku kasih tahu, Mas. Mungkin satu minggu setelah aku datang bulan."

Sang suami kembali tak memberi tanggapan atas jawabannya, sehingga keheningan yang membuat mereka semakin membisu.

Tak lama kemudian, Sadha bangun dari kursi ditempati. Tarima pun melakukan hal sama.

Akan diantar sang suami sampai ke pintu depan karena mereka tak tinggal seatap.

Tarima menempati rumah dua lantai besar Sadha. Sementara, pria itu menetap di salah satu apartemen yang dimiliki.

Sejak menikah dua bulan lalu, mereka sudah sepakat tidak akan serumah. Sadha hanya akan datang jika dirinya meminta pada pria itu.

Terutama, tidur bersama untuk menghasilkan seorang bayi dengan proses yang wajar.

Kenapa tak lewat program inseminasi saja?

Tentu agar tidak mendatangkan kecurigaan kedua orangtua Sadha tentang pernikahan mereka yang hanya sandiwara saja.

Bukan hal mudah tidur bersama, tanpa saling mencintai. Hanya demi kepentingan semata.

"Waktumu satu bulan lagi, Tari."

"Iya, Mas. Baik."

"Sesuai kesepakatan, kita akan berpisah jika kamu tidak bisa hamil bulan depan."

Tarima hanya mengangguk-angguk. Tak bisa mengeluarkan sepatah kata untuk membalas.

Lagi pula, ia sudah memahami benar maksud dari suaminya. Tentu timbul perasaan kian cemas jika sampai kesepakatan batal.

Itu artinya, uang ratusan juta yang diberikan harus dikembalikan. Sementara, setengahnya telah digunakan untuk melunasi hutang.

Bagaimana akan bisa digantinya?

Solusi satu-satunya adalah segera memberikan bayi untuk suami kontraknya.

Namun rasanya masih sulit sekarang.

Bayi Milik Suami DudaWhere stories live. Discover now