23. Terungkap

792 123 23
                                    

Di mana letak hatimu yang dulu?
Kau duakanku, kau memilih dia
Kini kau ingin kembali seperti dulu
Maaf hatiku tak ada lagi untukmu

— Sekecewa Itu, Angga Candra.







"Dan Pak Pras, ini Ochi, adik saya."

Tidak ada yang memulai basa-basi. Tatapan Pras tertuju pada manik mata Ochi yang balik menatapnya terang-terangan. Ini bukan situasi canggung, melainkan kondisi menjebak. Tapi, Pras sudah komitmen untuk tidak lagi menyembunyikan pernikahannya, maka ...

"Saya—" suaranya dipatahkan oleh denting ponselnya—menandakan panggilan masuk. Hm, telepon dari Eyang Putri. Pras meminta izin untuk menerima panggilan. Pria itu melangkah menjauh usai dipersilakan. Dan kedua kakinya terhenti di sisi area playground yang lain—tidak jauh dari posisi Ochi. Pandangan Pras mengarah pada si kecil yang belum menyadari keberadaannya. "Iya, Eyang?"

"Mana cicit Eyang?"

"Sabar, Eyang. Aku lagi ketemu klien."

"Kamu lebih mentingin klien daripada mempertemukan Eyang sama Ganendra?!"

Pemaksa adalah ciri khas Eyang Putri.

Pras menghela napas jengah. "Eyang, please, tolong ngertiin pekerjaanku."

"Soal pekerjaanmu, itu tanggungjawabmu! Jangan minta Eyang untuk mengerti!"

Kan.

"Ya sudah, nanti aku kabari Eyang lagi," pungkas Pras, buru-buru memutus panggilan. Ia selipkan lagi ponselnya ke dalam saku celana, lalu dengan satu tarikan napas panjang, ia yakinkan diri untuk kembali menemui istri dan ... kakak iparnya. Bibir Pras menukikkan senyum, tidak tahu harus bagaimana—terlebih atmosfer di sekitarnya sekarang terasa agak panas.

Ditilik dari ekspresi datar Ochi saat ini, sepertinya ada kebencian yang wanita itu simpan.

Tapi, kenapa?

Apa hubungan Ochi dan Jagat memang seburuk itu?

"Lintang, Rasti," panggil Jagat. "Boleh saya pinjam Ochi sebentar?"

"Oh, boleh, Mas," angguk Lintang mewakili.

"Maaf, Mas," sela Ochi, jutek. "Tapi aku yang nggak ngebolehin diri sendiri untuk ikut Mas dan Arsitek kepercayaan Mas itu." Sudut matanya melirik Pras dengan sinis. "Lagian 'kan aku udah bilang, aku nggak mau terima rumah dari Mas. Aku nggak mau dianggap pengemis sama istri baru Mas."

"Nggak akan, Chi." Jagat meyakinkan.

"Chi, gue sama Rasti tunggu di sana ya?" bisik Lintang, namun masih bisa didengar Pras. Dan selepas kepergian kedua temannya, Ochi berniat menyusul, tapi dengan sigap Pras menahan pergelangan tangannya.

Melihat itu, Jagat langsung menarik Ochi mendekat, mengisyaratkan Pras untuk tidak sembarangan menyentuh adiknya. Tapi Pras enggan melepas cekalannya. Justru dengan segala tekad yang telah ia bulatkan dalam hati, ia berujar, "Sebelumnya, saya minta maaf ke kalau saya nggak jujur sama Bapak. Tapi, saya juga baru tahu fakta ini sekitar dua hari lalu."

"Fakta apa?" tanya Jagat, menyipitkan mata.

"Fakta kalau ternyata Bapak kakaknya Ochi," kata Pras, menoleh pada Ochi sebentar, wanita itu mendelikkan mata—memperingati. Namun, Pras tidak peduli. Ia pulangkan lagi atensinya ke arah Jagat seraya melanjutkan, "Dan yang belum Bapak tahu, Ochi ini ..." Pras mendadak ragu, ia gantung kalimatnya sejenak, mengumpulkan tekad lagi. "Ochi ini ... istri saya."

FEELING BLUEWhere stories live. Discover now