21. Terlalu Berharap

783 146 13
                                    

Penasaran nggak sama uyutnya Mas Enda?

Ayo kenalan!










"Ini ..." Refleks menghentikan langkah, Ochi genggam pergelangan tangan suaminya dengan erat, sementara Pras yang sepertinya paham akan ekspresi Ochi balik menumpukan telapak tangan diatas punggung tangan Ochi. Lalu ia turunkan pandangan, meyakinkan Ochi lewat tatapan. Tapi ... Ochi nggak bisa tenang sekarang. Tatapan Ratih seakan menandakan alarm bahaya. Tolong!! "Ini pilihan Mas Pras?"

"Betul, Eyang," angguk Pras, tegas.

"Ayo bicarakan di dalam!" Dengan bantuan tongkat, wanita senja yang membalut tubuh langsingnya dengan kebaya khas pakaian adat jawa itu memutar tumit. Ganendra dan Dhira sigap mengiringi Ratih sambil saling usil. Ganendra menowel lengan Dhira, sedang Dhira kembali menowel lengan Ganendra. Buat Ochi yang melihat itu kontan diserbu perasaan cemas. "Mas Enda main sama Dhira bentar ya? Uyut mau bicara sama Ibu sama Papa."

"Uyut, nanti Mas Enda boleh berenang di sini?" tanya Ganendra, mengalihkan topik.

Ratih mengangguk. "Boleh dong."

"Mas Enda, Dhiya ikut," rengek Dhira manja.

"Tapi gigi Adek ompong. Tidak boleh," kata Ganendra.

"Gigi Mas Enda juga ompong!" tandas Dhira.

Sadar giginya ompong, Ganendra langsung tutup mulut. Cari alasan lain. "Tapi 'kan Mas Enda sudah empat tahun, jadinya boleh berenang. Umur Adek masih kecil. Segini." Memberi jarak antara ibu jari dan jari telunjuk. "Sana Adek nonton Upin Ipin saja."

"Tidak mauuuuu!" tolak Dhira cemberut.

"Adeknya diajak ya, Mas Enda? Jangan dijaili," ujar Ratih lembut.

Tunggu.

Ochi tidak salah dengar, 'kan?

"Siapa mau es krim?" pancing Gama yang telah mengganti seragamnya dengan baju santai. Cowok tengil yang selalu bikin gaduh dimanapun ia berada itu beranjak duduk di sofa, memamerkan dua cup es krim yang amat sangat menggoda tenggorokkan.

Bergegas Ganendra dan Dhira berlari mendekat.

Ganendra lebih dulu mengambil es krim tersebut. Ia gapai dua-duanya. Ochi nyaris menyerukan teguran, tapi ternyata setelahnya Ganendra berikan satu es krim cup di tangannya kepada sang adik sepupu. "Ini buat Adek," katanya.

"Makasih, Mas Enda," ucap Dhira senang.

"Gama, ajak ponakanmu ke belakang dulu!" titah Ratih.

"Ya elah, Eyang!" decak Gama, "Aku tuh mau nonton Rumpi, malah disuruh jadi baby sitter. Gimana sih? Lagian 'kan ada Mbak Rofikoh sama yang lain. Kenapa harus aku?"

"Gama," desis Pras penuh peringatan.

"Kalau ada kamu, ngapain kita nyuruh Mbak Rofikoh?" serobot Heera galak.

"Mulai dah yang punya kuasa," dengkus Gama.

"Buruan!" titah Heera tajam.

"Fine!" pasrah Gama, membawa Ganendra dan Dhira ke halaman belakang. Tapi sebelum meninggalkan ruang tamu, Ganendra yang banyak polah menyempatkan diri memutari sofa ruang tamu, diikuti Dhira yang cekikikan di balik punggungnya. Hingga dua bocah balita itu menghilang dari pandangan, Ratih meloloskan dehaman keras. Tatapan dinginnya tertuju pada Ochi.

FEELING BLUEWhere stories live. Discover now