12. Sedikit Lagi

1K 136 25
                                    

Halooo, maaf yaa update jam segini. Semaleman aku nggak bisa tidur karena khawatir ada banjir lagi, soalnya belakang rumah udah kena, dan sungai yang jadi langganan banjir, airnya tinggi banget. Kalau kalian main X (Twitter) pasti tahu rumahku dimana :D yups, yang tanggal 13 kemaren trending di X (Twitter).

Minta doanya ya teman-teman, semoga nggak ada banjir lagi. Barang-barang yang kerendem banjir kemaren aja belum pada kering huhu sehat-sehat juga buat kalian <3






"Tolong dikeep dulu, jangan sampai keluarga besar kita tahu—terutama mama dan papa," pinta Pras ketika menyambangi kediaman Erina—sepulang kerja—untuk menjelaskan perihal statusnya dan Ochi.

Di hadapannya, Erina melipat kedua tangan di depan dada. Napasnya terhela berat. "Jujur ya, Mas, aku kecewa banget," ungkapnya. "Waktu Mas bilang naksir Ochi dan mau serius sama dia, aku udah ngarep kalau kalian bakal jadi, tapi tiba-tiba Ochi ngilang, nggak ada kabar. Mas juga kelihatannya baik-baik aja, kek orang putus biasa." Benar. Sewaktu Ochi hamil lalu pindah ke Yogyakarta, tidak ada satupun yang tahu—terlebih posisinya wanita itu baru saja kehilangan tantenya. Well, Pras tidak banyak tahu tentang keluarga istrinya. Yang dia tahu, satu-satunya keluarga yang Ochi punya cuma Tante Renatta.

Dan kepindahan Ochi ke kota Pelajar tidak sendiri. Karena setelah melahirkan Ganendra, Pras menikahi Ochi secara siri, kemudian mereka tinggal bersama di sana. Hanya saja, tuntutan pekerjaan membuat Pras harus bolak-balik Yogyakarta ke kota lain. Kadang pria tampan yang berprofesi sebagai arsitek itu menyempatkan diri—seminggu sekali—untuk pulang ke Jakarta, ke rumah orang tuanya.

"Tapi nggak lama setelah itu, aku sempet lihat postingan Ochi di WhatsApp. Mungkin dia lupa hide aku dari story-nya," lanjut Erina, mengurai lipatan tangan. Tatapan matanya ajek lurus—menatap netra elang sang kakak. "Dia posting foto—entah tangannya dan tangan siapa, tapi di situ ada cincin di jari mereka."

Pras mengangguk paham. "Foto kami," jelasnya segera.

"Kalau aja Mas jujur, aku nggak mungkin salah paham, dan ngira Ochi sejahat itu." Erina menggeleng dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Karena aku tahu gimana cintanya Mas ke Ochi."

"Maaf," gumam Pras.

"Tadi pas ketemu dia sama anak kecil, aku nggak kaget lagi," senyum Erina terukir masam. "Ya nggak salah lagi, dia emang udah nikah sama laki-laki yang tangannya waktu itu dia posting. Tapi ternyata ..." Ia kehilangan kata-kata saat tahu siapa laki-laki tersebut. "Ochi ada bilang ke Mas nggak, kalau aku sempet kirimin dia foto waktu Mas ngelamar Titi?"

Foto?

Ngelamar Titi?

Pras terkesiap shock.

Jadi ....

"Aku dapet chat dari seseorang. Dan Mas nggak perlu tahu siapa orang itu."

Dengan satu tangan di pinggang, tangan Pras yang lain mengusap wajah gusar. "Iya, dia ada bilang ke Mas. Tapi dia nggak ngasih tahu siapa yang ngirim foto itu."

"Maaf, Mas," giliran Erina yang bergumam—menghaturkan maaf.

"It's okay," angguk Pras, mengerti.

"Tapi aku tetep kecewa sama kalian." Ekspresi sendu Erina berubah datar. "Pertama, kalian sudah dewasa. Harusnya kalian tahu apa konsekuensi dari perbuatan kalian dulu." Dengan kilat kecewa yang menyala-nyala, Erina meneruskan, "Kedua, yang kalian lakuin aja udah salah, terus kalian sembunyiin juga dosa kalian." Menggeleng dengan senyum miris. "Kakak yang selalu bijak di mata adek-adeknya, ternyata cuma peran. Mas nggak bisa menerapkan kebijakan itu ke diri Mas sendiri."

FEELING BLUEWhere stories live. Discover now