9. Om Pras

949 140 18
                                    

"Tadi kenapa Ganendra nggak nungguin Ibu di sekolah?" singgung Ochi ketika mampir ke Mie Gacoan terdekat—request Ganendra.

Ganendra yang duduk di sebelahnya pun mendongak lalu nyengir. "Karena Enda bosan, Ibu. Enda minta maap ya?"

Meski agak dongkol, Ochi tetap menganggukkan kepala. "Iya, Ibu maafkan."

"Ibu," panggil Ganendra, dibalas Ochi dengan tatapan ada apa. "Masa Om Pras tidak punya pacar. Mbak Pika aja punya," katanya yang membuat Ochi kontan menahan napas. Sebenarnya siapa Om Pras atau Om Iron Man yang dimaksud anaknya ini? "Tapi, Ibu ..." Ganendra menjeda kalimat, "tadi Mas Ipan dimarahi Pakde Jagat," lanjutnya yang lagi-lagi bikin Ochi pening—harus memikirkan yang mana dulu.

"Tadi Ganendra sama Mas Irfan ketemu Pakde?"

Ganendra mengangguk.

Memancing kerutan di dahi Ochi. "Di mana?"

"Tadi kan Enda pulang dulu, ganti baju, ditemenin Mas Ipan. Terus Pakde datang dan marah-marah," beber Ganendra. "Kata Pakde, Mas Ipan tidak boleh dekat-dekat Mbak Pika."

"Kayak Ganendra dong?" timpal Ochi.

"Tapi sama Enda, tidak apa-apa kalau ada Enda, tidak boleh berdua."

Ochi manggut-manggut, paham maksud sang putra.

Selagi Ganendra meneruskan, "terus Mas Ipan-nya sedih lho, Ibu."

"Dari mana Ganendra tahu kalau Mas Irfan sedih?"

"Dari mukanya Mas Ipan," jawab Ganendra, yakin.

Memang tadi—sewaktu mengantar Ganendra padanya, Irfan terlihat beda. Dan sekarang Ochi tahu apa sebabnya. Wanita itu menghela napas berat, ia angkat kedua bahunya singkat. "Ya udah, nanti kalau ketemu Mas Irfan lagi, Ganendra hibur ya Mas Irfan-nya? Kan selama ini Mas Irfan selalu baik sama Ganendra."

"Ibu, Ibu," panggil Ganendra sambil mengunyah udang keju.

"Apa, Sayang?"

"Mbak Pika kerjanya lama sekali ya?" tanya Ganendra.

"Iya," angguk Ochi. "Sekarang Mbak Fika kerjanya full time."

"Pultem itu apa?" balik Ganendra, bingung.

"Full time itu penuh waktu. Jadi kalau biasanya Mbak Fika berangkat siang pulang malam, sekarang kerjanya Mbak Fika dari pagi sampai malam," jelas Ochi. "Dan berhubung Mbak Fika udah nggak bisa jagain Ganendra—nggak bisa jemput dan nemenin main Ganendra, jadi mulai besok Ganendra pulangnya diantar Pak Yudi, terus nanti diantar ke sekolah Ibu."

"Enda pulang sendiri saja, Bu. Kan Enda sudah besar, bisa berantem seperti Iron Man." Ganendra mulai random.

"Emang Iron Man suka berantem?" Ochi menaikkan sebelah alis.

"Oh, Iron Man tidak suka berantem ya, Bu?" Ganendra balik tanya.

"Ya mana Ibu tahu," Ochi sentil pucuk hidung anaknya dengan gemas. "Kan yang suka sebut-sebut Iron Man Ganendra, bukan Ibu."

"Tapi yang gambar Iron Man itu Bapak," ujar Ganendra.

Deg.

Ingatan Ochi terlempar pada selembar kertas yang ditinggalkan oleh Pras.

Suaminya.

Bapaknya Ganendra.

Mata Ochi mendadak berkaca-kaca. Mereka hanya terpisah, bukan terpecah. Pras bahkan terlihat masih sangat mengharapkannya, pria itu juga ingin bertemu dengan darah dagingnya. Ganendra. Tapi, bagaimana dengan kekecewaannya di masa lalu? Bisakah pertemuan ini menghapus seluruh rasa sakit yang ia tanggung sendirian? Ochi menggeleng samar.














FEELING BLUENơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ