20. Eyang Putri

810 148 25
                                    





Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Begitupun kebohongan. Serapi apa pun kita menyimpan, kelak akan tercium juga. Dan sebelum jatuh ke lubang yang lebih gelap, Prasetya memilih mengungkap. Dengan penuh percaya diri—tanpa peduli tatapan tajam yang dilayangkan sang istri, ia katakan pada ibunya, "Ya, Ma. Ganendra anakku dan Ochi."

"Mas, jangan bikin malu," peringat Heera.

Pras menggeleng. "Aku serius, Ma."

"Nggak." Heera menggeleng—enggan percaya.

"Lima tahun lalu, Ochi hamil anakku," aku Pras tanpa pikir panjang. Ia sudah pikirkan ini matang-matang. "Waktu aku mau jujur ke Mama dan Papa, Eyang Putri jodohin aku sama Titi," lanjutnya, sementara Heera terus menggelengkan kepalanya berkali-kali. Dan Ochi yang baru tahu fakta ini, terlihat membelalakkan mata shock. Dibenarkan Pras melalui tatapan—seolah tahu apa yang tengah istrinya pikirkan.

"Jelaskan semua di rumah," tukas Heera lalu beralih menatap Ganendra. Raut wajahnya berubah hangat. "Mas Enda," panggilnya, dengan nada berganti lembut. "Ayo, Mas Enda ikut mobil Oma! Biar Ibu sama Papa nyusul."

"Nyusul ke mana?" tanya Ganendra, mengerjap lugu.

"Nyusul ke rumah Oma dong! Nanti Oma kenalin ke Opa dan sepupu-sepupu Mas Enda," bujuknya.

"Iya, mau!" Setelah mengangguk menyetujui ajakkan Heera, bocah empat tahun itu melepas gandengan sang ibu, lalu beralih ke gandengan sang nenek. Kepalanya mendongak. "Oma, nanti Mas Enda boleh renang di rumah Oma tidak?"

"Tentu saja boleh."

"Yeay! Asyiiiik!"

Dengan senyum penuh kemenangan, tatapan Heera kembali tertancap pada Pras dan Ochi. "Kalau kalian mau kabur, silakan. Anak kalian ada sama Mama. Dan Mama nggak janji bakal bersikap baik ke dia." Sedetik kemudian nenek dari enam orang cucu itu melenggang menuju mobil dengan Ganendra di gandengan.

Diikuti seruan heboh Gama. "Ma!"

Pras dan Ochi menoleh.

Gama berhenti di samping Pras, memukul lengannya dengan gemas. Dihadiahi Pras lewat pelototan galak. "Mas, itu Mama mau bawa Enda ke mana? Wah!" decaknya tak habis pikir. "Lo kok diem aja sih, Mas?!" Ekor matanya melirik Ochi sebentar, lalu balik menatap Pras lagi, berbisik, "Gue tahu Bu Ochi itu wanita tercantik di SMA Theresiana. Tapi doi bini orang. Lo kalau belom bisa move on, jangan kayak gini juga kali. Gimana kalau gue kenalin ama kepala sekolah? Namanya Bu Tanti. Umurnya sepuluh tahun diatas lo. Tua dikit nggak ngaruh, 'kan?"

"Ayo, Sayang!" Mengabaikan Gama, Pras menarik pergelangan tangan Ochi lalu dirangkulnya pinggang wanita itu dengan posesif.

Bikin Gama heboh sendiri. "Ni orang tua satu emang ngadi-ngadi ya! Mas!"

Pras menulikan pendengaran, ia giring Ochi masuk ke dalam Bentley Continental-nya, dan Gama yang nggak mau ketinggalan langsung buru-buru masuk dan duduk di bangku belakang. Pras menggersah, menatap adiknya sejenak. Kemudian dengan senyum tipis di bibir, atensinya tersulih pada Ochi. Ia pasangkan safety belt. Dan Gama yang melihat kembali melontarkan pernyataan ngawur.

"Bu Ochi, maafin abang saya ya? Dia tuh kelamaan jomlo, jadinya begini. Udah dijodohin sama Mbak Titi, tapi dianya nggak mau. Padahal Mbak Titi cakep banget lho. Kecantikan Natasha Willona aja sungkem sama dia."

FEELING BLUEKde žijí příběhy. Začni objevovat