Bagian 46: Gejolak Perasaan Hesper (2)

1.8K 218 29
                                    

"Malam ini. Aku ingin kau membuat keputusan, Hesper. Jangan pernah terlena dan melupakan tujuanmu selama ini."

Ketika Hesper melihat Moira, dia menciumi Moira penuh kasih. Tidak ingin melepaskan Moira dari kungkungannya. Teringat momen-momen mereka selama dua bulan belakangan ini.

"... Moira akan menjaga Daddy. Selamanya."

Kata-kata Moira membuat Hesper melingkarkan tangannya di tubuh Moira dan memeluk Moira erat, meleburkan perasaan cintanya sepenuhnya.

Ya, inilah keputusannya, keputusan Hesper. Bukan melawan Moira, melainkan sebaliknya.

"Aku mencint---" belum sempat Hesper menyelesaikan kata-katanya, sesuatu membangunkan insting Hesper, membuat Hesper tersadar.

Hesper membuka matanya, melirik dan mendapati kini pisau menuju ke arahnya. Hesper berusaha menghindar, tetapi semua sudah terlambat, pisau ini pada akhirnya menancap pada tubuhnya---meski meleset dari apa yang diperkirakan.

Dalam keterkejutan, Hesper bangkit dengan darah yang mengaliri tubuhnya. Kedua matanya mengerjap saat mendapati penampilan Moira saat ini.

Tidak mungkin ... Detik itu Hesper ingin menyumpahi seluruh dunia ketika melihat rambut Moira berubah pirang.

Moira benar-benar anak Karl dan Ayyara? Pertanyaan itu muncul dalam benak Hesper saat melihat apa yang ada di hadapannya.

Sama halnya dengan Hesper, Moira juga sama terkejutnya.

Sasaran Moira sesungguhnya adalah titik vital pada leher Hesper, tetapi melihat Hesper yang kini bangkit dan mengusap wajahnya frustrasi membuat Moira merasa ini adalah kesempatannya untuk pergi.

Pun Moira beringsut mundur dan berniat kabur dari Hesper. Tetapi, belum sempat Moira turun dari ranjang, Hesper sudah lebih dulu mencengkram pergelangan kakinya.

"Mau kemana?" Tanya Hesper dingin. Matanya menerjang Moira dengan tatapan tidak suka. Hesper tidak suka fakta bahwa Moira adalah anak Karl. Dia benci dengan fakta itu.

Dari sekian banyak orang, kenapa harus Karl, Ayyara?

Mendapati Hesper menahannya, rahang Moira mengetat, berusaha melepaskan dirinya dari Hesper, tetapi Hesper justru menyeret tubuh Moira, menjauh dari pinggiran ranjang. Sontak lengkingan teriakan Moira terdengar mengudara seantero ruangan.

"LEPASKAN! BRENGSEK!"

"Brengsek?" Tanya Hesper sembari tersenyum kecil. Satu tangannya yang bebas kemudian mencabut pisau steak yang tertancap pada bahu kirinya.

"Bukankah kata itu lebih cocok dengan dirimu, Moira?" Aju Hesper sembari mengarahkan mata pisau itu ke arah Moira.

Moira menggeram saat Hesper mengusap pisau yang bercampur dengan darah milik Hesper itu ke wajahnya.

"Menusuk seseorang saat orang itu sedang lengah adalah hal yang dilakukan oleh seorang pecundang. Apakah aku pernah mengajarimu menjadi seorang pecundang, Moira?"

Kesal, Moira menghempas pisau itu hingga terlempar jauh. "Aku peduli padamu?"

Hesper memajukan wajahnya. Kilatan kemarahan terlihat jelas di balik matanya. "Apa katamu?"

"Aku bilang, aku peduli padamu? Kau itu hanya seorang bajingan, Hesper. Bajingan menjijikkan yang meniduri anak angkatnya. Itulah fakta yang sebenarnya, kau tahu?"

Hesper mendengus. Karena tidak terima dengan perkataan Moira, tangannya berpindah, mencekik leher Moira.

"Dan, kau adalah jalang yang memberikan tubuhnya pada ayah angkatnya sendiri, Moira." Rahang Hesper mengetat saat Moira mencoba berusaha untuk melepaskan dirinya. "Kau harus ingat bagaimana tubuhmu berteriak menginginkanku dan berapa kali kau mendesahkan namaku, memintaku untuk memenuhi dirimu. Kau adalah bajingannya di sini, Moira. Kau-lah yang bajingan, Moira!"

GUILTY PLEASURE: VILLAIN DADDY [END] ✓Where stories live. Discover now